Banyak orang Kristen menghubungkan kebangkitan Yesus dengan tanda Nabi Yunus. Sebagaimana Yunus berada di dalam perut ikan selama tiga hari tiga malam, demikian juga Yesus berada dalam kubur.
Pernyataan ini berangkat dari pernyataan dalam Matius 12:39-40 “39Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. 40Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam.”
Persoalannya, jika Yunus berada di perut ikan tiga hari tiga malam lamanya, maka logikanya, Yesus berada dalam kubur selama tiga hari tiga malam juga. Jadi, jika Yesus dikuburkan pada Jumat malam, maka, kebangkitan itu seharusnya terjadi tiga hari tiga malam kemudian, tepatnya Senin sore menjelang malam.
Tanda Nabi Yunus
Yesus menjelaskan bahwa satu-satunya tanda yang bisa ia berikan kepada angkatan atau generasinya adalah tanda Nabi Yunus. Ia berkata, “Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda Nabi Yunus” (Matius 12:39b; Lukas 11:29b). Apakah “tanda Nabi Yunus” itu?
Di dalam tulisan Matius, “tanda Nabi Yunus” dijelaskan adalah keberadaan nabi di dalam perut ikan (Matius 12:40). Jika ini diterima sebagai pernyataan harafiah, dalam artian bahwa tiga hari tiga malam adalah tujuh puluh dua jam, maka kepercayaan bahwa kebangkitan terjadi pada hari Minggu pagi merupakan suatu kekeliruan. Sebab, jika dihitung dari Jumat malam sampai Minggu pagi dalam hitungan jam, hanya tiga puluh enam jam. Masih ada kekurangan tiga puluh enam jam lagi untuk menggenapi tiga hari tiga malam.
Karenanya, marilah kita memahami ucapan Yesus tersebut berdasarkan perbandingan tulisan antara Matius dan Lukas. Di dalam tulisan Lukas, Yesus sama sekali tidak menyebutkan bahwa “tanda Nabi Yunus” adalah keberadaan selama tiga hari tiga malam dalam perut ikan tersebut. Dalam pasal 11, Lukas mengutip ucapan Yesus, “Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda Nabi Yunus. Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini.”
Dari perbandingan ini, maka kita bisa menarik kesamaan pesan antara Matius dan Lukas dalam hal “Tanda Nabi Yunus.” Kesamaan itu bukan pada “tiga hari tiga malam di perut ikan” melainkan pada “pemberitaan Nabi Yunus” kepada penduduk Niniwe. “Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan menghukumnya juga. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!” (Matius 12:41; Lukas 11:32).
Pertobatan Niniwe bukanlah karena kisah Nabi Yunus dalam perut ikan, melainkan karena pemberitaan Nabi Yunus. Dengan demikian, seperti Nabi Yunus menjadi tanda bagi penduduk Niniwe melalui pemberitaannya, demikian juga Yesus menjadi tanda bagi angkatannya melalui pemberitaannya.
Perhatikan juga ketika Matius mengulangi kutipan tentang tanda Nabi Yunus, ia tidak menambahkan lagi penjelasan tentang tiga hari tiga malam di dalam perut ikan (Matius 16:4). Karena itu, para penafsir Perjanjian Baru mengatakan bahwa Matius 12:40 merupakan suatu penjelasan tambahan. W. F. Albright dan C. S. Mann ketika menuliskan komentar tentang Matius 12:40 (Matthew, in The Anchor Bible, Garden City, NY: Doubleday & Co., 1971), mengatakan “Lebih baik menjelaskan bahwa ayat ini adalah sebuah editorial, apakah itu dari penulis Injil itu sendiri, atau oleh seseorang yang dibingungkan dengan pernyataan pada ayat 39.” Kita dapat membandingkan Matius 16:4 dengan Markus 8:12, dimana tidak ada penyebutan soal tiga hari tiga malam (bandingkan juga Yohanes 2:19-22).
Meski demikian, tafsiran penulis Matius 12:40 terhadap ucapan Yesus bukan berarti tanpa alasan. Perhitungan tiga hari tiga malam merupakan sebuah bentuk perhitungan Yahudi yang sangat khas dan menjadi karakteristik dalam tulisan Matius.
Dalam perhitungan hari di kalangan Yahudi dikenal perhitungan ona. Menurut Rabi Yokhanan, satu ona sama dengan satu hari atau satu malam, demikian juga menurut perhitungan Talmud Yerusalem. Namun, menurut tradisi, sebagaimana dikatakan oleh Rabi Eliazar ben Azariah, satu hari satu malam adalah satu ona, dan sebagian ona merupakan keseluruhan. Rabi Ismael juga menghitung sebagian ona sebagai keseluruhan. Jadi, tiga hari tiga malam dapat diwakili dengan dua hari satu malam dalam perhitungan hari Yahudi.
Kebangkitan di Minggu Pagi?
Kapankah persisnya kebangkitan itu terjadi? Banyak orang berkeyakinan bahwa Yesus dibangkitkan pada hari Minggu pagi. Benarkah demikian? Semua penulis Injil menuliskan peristiwa yang berkaitan dengan peristiwa kebangkitan Yesus. Semua peristiwa itu diceritakan terjadi sesudah Sabat lewat. Dalam tradisi Yahudi, Sabat ditutup saat matahari terbenam di hari Sabtu. Lebih jauh, para penulis Injil menyebutkan bahwa peristiwa itu terjadi pada pagi hari, artinya pada Minggu pagi, menurut kalender Masehi. Namun, persoalannya, apakah ‘pagi’ dalam arti subuh ataukah pagi ketika orang memulai aktivitas rutin?
Sebenarnya hanya Markus yang dengan jelas menuliskan bahwa peristiwa itu terjadi setelah matahari terbit, “Setelah lewat hari Sabat… Dan pagi-pagi benar (lian prôi) pada [hari] pertama minggu itu (sabbatôn - harafiahnya: pada hari pertama sabat itu, yaitu satu hari sesudah hari Sabtu), setelah matahari terbit...” (Markus 16:1,2).
Matius, di lain pihak, menuliskan, “setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada [hari] pertama minggu itu... (opse de sabbatôn tê epifêskousê eis mian sabbatôn)” (Matius 28:1).
Lukas menulis, “tetapi pagi-pagi benar (orthrou batheôs) pada [hari] pertama minggu itu (sabbatôn)...” (Lukas 24:1). Kata orthrou batheôs menunjukkan keadaan hari yang masih gelap, menjelang fajar menyingsing. Yohanes menulis, “Pada [hari] pertama minggu itu (sabbatôn), pagi-pagi benar ketika hari masih gelap (prôi skotias)...” (Yohanes 20:1).
Teks Yunani opse de sabbatôn (setelah hari Sabat lewat) dalam tulisan Matius memiliki paralelisasi dengan istilah hemotsa’e shabath atau le’ekhad ba shabath (pada saat Sabat berakhir) dalam istilah Ibrani. Rupanya, ketika istilah Ibrani ini diterjemahkan ke Bahasa Yunani, istilah-istilah tersebut tidaklah dipahami secara lengkap. Markus atau mungkin salah satu dari sumbernya, menambahkan penjelasan “setelah matahari terbit” dalam naskahnya, sehingga terkesan bahwa perempuan-perempuan itu datang ke kuburan pada pagi hari setelah matahari terbit.
Demikian juga Markus menuliskan bahwa perempuan-perempuan itu menyiapkan rempah-rempah setelah Sabat lewat (Markus 16:1), sementara menurut Lukas, persiapan rempah-rempah dan mur sudah dilakukan sebelum Sabat (Lukas 23:55-56).
Perempuan-perempuan itu, menurut kesaksian tiga kitab Injil (Matius, Lukas, dan Yohanes) sudah ada di kubur Yesus menjelang fajar menyingsing (sebelum matahari terbit atau ketika hari masih gelap). Ketika mereka sampai ke kubur Yesus, Yesus sudah tidak ada.
Matius menceritakan bagaimana malaikat menggulingkan batu penutup kubur disaksikan para penjaga [penulis Injil Matius tidak secara jelas menyebutkan apakah perempuan-perempuan itu ikut menyaksikan peristiwa itu, yang pasti, ketika mereka tiba di kuburan, malaikat-malaikat itu masih ada dan menemui mereka]. Lukas dan Yohanes tidak menceritakan soal malaikat-malaikat itu. Menurut keduanya, ketika perempuan-perempuan itu tiba di kuburan, batu sudah terguling dan Yesus sudah tidak ada. Artinya, Yesus sudah bangkit sebelum mereka tiba di sana.
Dari narasi-narasi tersebut jelaslah bahwa tidak satupun penulis Injil bercerita tentang kapan kebangkitan itu terjadi. Mereka hanya menceritakan peristiwa-peristiwa sesudah kebangkitan itu terjadi. Tidak ada saksi mata, bagaimana persisnya kebangkitan itu. Matius yang mencoba menarik lebih jauh narasinya ke belakang, hanya sampai pada upaya membuktikan bahwa batu penutup kuburan tidak digulingkan oleh pengikut-pengikut Yesus, sebab kuburan itu dijaga sampai hari ketiga. Artinya, kuburan tersebut dijaga sampai Minggu pagi.
Jika kita menggali lebih jauh, kita akan menemukan bahwa menurut berbagai nubuat Yesus, Mesias akan dibangkitkan pada hari yang ketiga (tê tritê hêmera; Matius 16:21; 17:23; 20:19; Luk. 9:22; 18:33; 24:7, 46), bukan sesudah hari ketiga. Ini sesuai dengan kata proi yang digunakan Yohanes. Di dalam teks Yunani kuno, kata proi digunakan untuk menyebutkan empat jam di dini hari (jam 3-6). Namun, adanya tambahan kata skotia (gelap atau kegelapan) mengindikasikan peristiwa itu terjadi lebih awal dari itu, bisa jadi di malam Sabtu menjelang hari Minggu atau menjelang jam 3 pagi di hari Minggu.
Penulis Markus punya pemahaman lain. Menurutnya, perempuan-perempuan itu tiba di kuburan setelah matahari terbit. Penulis Markus bahkan punya keyakinan bahwa kebangkitan itu terjadi sesudah hari yang ketiga (meta treis hêmeras; Markus 8:31; 9:31; 10:34). Oleh penulis Matius, pemahaman itu adalah pemahaman yang keliru yang berkembang di antara imam-imam kepala dan orang-orang Farisi (Matius 27:63). Jadi, kita dapat menyimpulkan bahwa kebangkitan Yesus, menurut apa yang dikatakan dalam ketiga Injil (Matius, Lukas, dan Yohanes) terjadi pada hari ketiga dalam perhitungan ona Yahudi. Kita tidak bisa menentukan jamnya, sebab ketiganya tidak menceritakan proses kebangkitan itu, melainkan peristiwa setelah kebangkitan. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar