Konsep Surga
1. Masyarakat kuno di Sumeria, Babilonia, Mesir, Ibrani, Yunani, dan orang-orang Hindu percaya bahwa langit secara keseluruhan terdiri dari air, yang merupakan air yang berada di atas samudera kosmik;
2. Dalam PL, kata yang digunakan untuk surga adalah shamayim yang juga berarti “langit.” Yang digambarkan seperti metal yang saling berhubungan dan tak putus-putusnya yang diasah dengan nafas Allah yang dianggap angin. Seperti mangkuk terbalik (2Sam. 22:8; Ayb. 26:11). Bintang-bintang ditaruh di langit (Kej. 1:14). Pada akhir zaman, struktur ini akan runtuh (Mat. 5:18; 24:29; Mrk. 13:25; Apokaliptik 6:13; 8:10: 9:1).
3. Di dalam masyarakat Kanaan dan Ibrani (juga masyarakat aborigin Selandia Baru), langit dilengkapi dengan celah atau jendela (dalam bahasa Alkitab disebut “tingkap langit”; Kej. 7:11; 2Raj. 7:19; Mal. 3:10). Dari sinilah hujan itu tercurah;
4. Langit digambarkan seperti kain yang terbentang (Mzm. 104:2) atau bagi masyarakat kuno Mesir dalam Kitab Kematian atau dalam kitab Rig Veda India, digambarkan seperti kulit;
5. Langit dikatakan sebagai tempat penyimpanan hujan, angin, petir, salju, hujan batu, dan sebagainya (Yer. 10:13; Ayb. 38:22);
6. Orang dapat mencapai langit dengan menggunakan tangga, sama seperti digambarkan dalam mimpi Yakub (Kej. 28:10-17). Mitos ini juga terdapat dalam masyarakat Mesir, sehingga mereka menyiapkan tangga untuk orang-orang yang telah meninggal;
7. Ada juga pandangan bahwa surga itu bertingkat;
Assyria menyebut tiga tingkatan yang terbuat dari batu. Di tingkat kedua, berdiam kepala dewa (Anu) dan roh yang disebut Igigi. Pandangan ini muncul juga dalam teks-teks Kristen (2Kor. 12:2);
Angka yang dominan adalah tujuh, seperti dalam masyarakat Yahudi, Hindu, Siberia, dan Turki. Islam juga menyebut surga ada tujuh tingkatan. Pada tingkatan ketiga, adalah tempat beristirahat segala arwah.
8. Dalam kebanyakan agama, surga adalah tempat berdiamnya dewa utama atau TUHAN. Namun, pandangan ini tidak berlaku universal. Dalam mitos Yunani misalnya, dewa utama (Zeus) bertahta di bukit Olympus
Konsep Neraka
1. Mitologi Babilonia mengenal adanya “ArallĂ»” (Tanah Terakhir; Land of No-Return) yang dalam teks Ibrani disebut She’ol atau Hades (Unseen Land) dalam teks Yunani;
2. Konsep penghakiman muncul dari mitologi Mesir bahwa tiap jiwa akan dihakimi oleh 42 hakim di Du’at (Dunia Lain). Plato menyebut tiga hakim: Minos, Aeakus, dan Rhadamanthus yang menghakimi orang mati di Hades;
3. Yahudi tidak menyebut secara khusus soal “neraka” (Ul. 32:22; Yes. 33:14;
Mal. 4:3). Namun, penggambaran dunia orang mati dengan adanya api nampaknya terpengaruh oleh mitologi Mesir dan Yunani.
4. Dalam teks-teks pseudopigraf yang muncul dari periode Hellenis (Enokh, 2Esdras, dan Naskah Aturan Laut Mati) terdapat pengaruh mitos Iran tentang aya khshusta. Dalam mitos ini, neraka (gehenna) adalah Bukit Hinom, tempat dibinasakannya anak-anak dengan api oleh Molokh (2Raj. 23:10; Yer. 7:31; 32:35). []
Brother, saya minta ijin untuk mengutip tulisannya untuk melengkapi artikel yang sedang saya garap dan akan saya publikasikan di http://yesusbagidunia.blogspot.com. tnx. mohon di kirimkan jawabannya ke email : amantodm@gmail.com.
BalasHapusTerima kasih.
@Amanto: Silakan :)
BalasHapus