Kamis, 04 Juni 2009

Yesus dalam al-Qur'an

Berbicara tentang Kristologi berarti berbicara tentang Kristus. Kata Kristus berasal dari bahasa Yunani, khristos (χριστος), yang artinya sama dengan Mesias, dari bahasa Ibrani, mashiakh (משח). Dalam bahasa Arab yang digunakan oleh gereja-gereja Arab, Kristus atau Mesias diterjemahkan masîhun (مسيح) atau al-masîhu (المسيح).

Gereja mengawali masa perkembangannya dengan perdebatan seputar Kristologi. Bahkan sampai sekarang, perdebatan seputar konsep Kristologi tetap saja berkembang, baik di arus atas (teolog) maupun di arus bawah (grass root). Jadinya, tidak akan ada kata usai untuk berbicara tentang Kristologi. Lagipula, kita memang tidak bermaksud untuk menutup segala polemik, sebab apapun yang dirumuskan sekarang, hanya akan memperpanjang polemik itu sendiri.

Dari alur pemikiran ini, hendaklah kita menyadari dulu bahwa Kristologi itu bukanlah persoalan sederhana untuk dibicarakan. Apalagi ketika harus berbicara tentang Kristologi dalam Qur’ãn. Ini tentu saja akan semakin rumit, sebab Islam sendiri tidak pernah berupaya mengembangkan Kristologi dalam konsepnya sendiri. Alhasil, konsep ini menjadi konsep pemikiran kita sendiri sebagai bentuk penilaian objektif atas al-Qur’ãn. Jadi, ini bukanlah upaya berapologia atas konsep Kristologi gereja dengan jalan mengutak-atik kitab suci Muslim.

Al-Masîhu dalam Qur’ãn

Satu-satunya figur dalam Qur’ãn yang disebut al-masîhu (المسيه) dalam Qur’ãn adalah ‘Îsâ ibn Maryam. Karena itu, banyak mufassir Islam menganggap al-masîhu sebagai personal name bagi ‘Îsâ. Di sisi lain, cukup banyak kalangan Islam yang menolak bahwa ‘Îsâ yang disebut dalam Qur’ãn adalah Yesus dalam Alkitab. Demi menjaga gengsi, gereja-gereja pun berapologia dengan mengatakan bahwa ‘Isa itu memang bukan nama Yesus. ‘Isa adalah penghinaan orang-orang Arab atas Yesus. Namun, dasar pemikiran ini sangatlah lemah.

Nama Yesus secara historis adalah Yeshu’a (ישעה). Orang-orang berbahasa Aramik menyebutnya Yashu’a, kecuali orang-orang Galilea yang menyebutnya Yashu’ (termasuk Petrus) dan beberapa kalangan Aramik lainnya menyebutnya Isho’. Secara historis, kekristenan di Arab dipengaruhi oleh para penginjil berbahasa Aramik. Itulah sebabnya, orang-orang Arab menyebut Yesus dengan beberapa nama, Yasû’a (يسوع; dipengaruhi oleh orang Aramik yang menyebut Yashu’a), Yasû (يسو; dipengaruhi oleh orang Aramik yang menyebut Yasu’), dan ‘Îsâ (عيسى; dipengaruhi oleh orang Aramik yang menyebut ‘Isho).

Kata masîhun dalam bahasa Arab memiliki dua arti: (1) orang yang diurapi dengan minyak atau orang yang diminyaki, dan (2) orang yang bepergian.[1] Banyak pemikir Islam beranggapan bahwa diberikannya gelar al-masîhu kepada ‘Îsâ lebih disebabkan karena karakter ‘Îsâ yang senang melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain. Dalam suatu cerita yang berkembang di Arab, ‘Îsâ dikatakan pernah melakukan perjalanan kepada kesepuluh suku Israel yang hilang dan menetap di negeri Timur, di Afghanistan dan Kasymir.[2]

Konsep pemikiran ini menurut saya sangatlah lemah. Pertama, ‘Îsâ bukanlah satu-satunya Nabi dalam Qur’ãn yang memiliki karakter senang melakukan perjalanan. Muhammad sendiri, semasa mudanya selalu melakukan perjalanan dalam kepentingan niaga hingga ke negeri Syam (Syria). Kedua, istilah masîhun bukanlah istilah baru di Arab pada zaman Islam. Istilah ini telah muncul jauh sebelum datangnya Islam dan dikenakan pada oknum yang sama, yaitu Yesus (terlepas apakah nama yang digunakan adalah Yasu’a, Yasû, ataukah ‘Îsâ).

Meski demikian, penggunaan kata al-masîhu dalam Qur’ãn tidaklah secara spesifik menunjukkan bahwa ‘Îsâ itu Juruselamat sebagaimana dipahami dalam kitab-kitab PB. Jika kita mencermati penggunaan kata al-masîhu bagi ‘Îsâ dalam Qur’ãn secara jelas menunjukkan bahwa kata tersebut hanya dibatasi sebatas personal name bagi ‘Îsâ. Buktinya Qur’ãn tidak pernah secara khusus memberikan penekanan pada penggunaan nama ini. Dalam beberapa ayat, nama ini digunakan sebagai pengganti nama ‘Îsâ saja, dan tidak lebih dari itu (Q.s an-Nisâ’/4:172; Q.s al-Mâidah/5:17,72,75; Q.s at-Taubah/9:30,31).

Ini merupakan hal yang wajar dalam kasus Qur’ãn, sebab pengenalan Muhammad akan Kristus adalah pengenalan secara lisan, dan meskipun Qur’ãn dianggap sebagai wahyu ilahi secara verbal, namun telah dibukukan melalui proses interpretasi. Konteksnya dalam masyarakat Arab abad ke-6 dan ke-7, Kristus nyaris menjadi nama diri bagi Yesus. Gereja-gereja sampai sekarang menyebut Yesus Kristus, seolah Kristus adalah nama kedua dari Yesus.

Keistimewaan ‘Îsâ dalam Qur’ãn

Meskipun gelar al-masîhu bagi ‘Îsâ dalam Qur’ãn tidak begitu istimewa. Namun, ‘Îsâ sendiri memiliki posisi yang istimewa dalam Qur’ãn. Beberapa gelar diberikan kepadanya, di antaranya abd Allahu (عبد الله; Q.s. an-Nisâ/4:172, Maryam/19:30), nabîun (نبي; Qs. Maryam/19:30), dan rasûl Allahu (رسول الله; Q.s. Ali ‘Imrân/3:49, an-Nisâ/4:157,171, al-Mâidah/5:75, ash-Shaff/61:6).

‘Îsâ juga disebut sebagai al-muqarrabûn (المقربون; Q.s. Ali ‘Imrân/3:45) artinya “yang didekatkan.” Dalam Q.s al-Wâqi’ah/56:8-10 disebutkan tiga golongan manusia pada hari kiamat nanti, yaitu: (1) golongan kiri, (2) golongan kanan, dan (3) golongan yang paling dahulu beriman (menurut terjemahan Depag RI). Golongan kiri adalah golongan yang akan mengalami siksaan di neraka, sedangkan golongan kanan adalah mereka yang berhak atas surga. Sementara, golongan ketiga adalah golongan yang pertama kali masuk surga sebelum golongan kanan. Golongan ketiga inilah yang disebut al-muqarrabûn. Mungkin ‘Îsâ masuk dalam golongan ketiga di hari kiamat dalam pemahaman Qur’ãn. Namun, ini masih perlu dipertanyakan lagi.

Keistimewaan lain yang diberikan kepada ‘Îsâ, yaitu dia disebut jîhan (جيها; Q.s Ali ‘Imrân/3:45) atau “terkemuka” di dunia dan di akhirat. Mungkin memiliki kaitan dengan sebutan al-muqarrabûn, ketika berbicara tentang akhirat. Selain jîhan, ia juga disebut ash-shalihîn (الصلحين; Q.s Ali ‘Imrân/3:46) “saleh” dan mubârakan (مباركا; Q.s Maryam/19:31) “diberkati” dimana saja ia berada.

Masih menjadi pertanyaan apakah alasannya sehingga ‘Îsâ mendapatkan posisi istimewa dalam Qur’ãn, apakah karena Muhammad banyak mendapatkan perlindungan dari para rahib Kristen ataukah karena keluarganya yang sebagian beragama Kristen. Cukup rumit untuk menyimpulkan, sebab kita tidak punya literatur Islam lain dari zaman Muhammad selain Qur’ãn, Sunnah, dan Hadis. Ini disebabkan karena adanya pemusnahan atas literatur-literatur lain yang dianggap tidak cocok dengan ketiga literatur utama. Sebuah bentuk otoriter yang memprihatinkan bagi sebuah agama yang ingin mempertahankan eksistensinya.

Kalimat Allah dan Rûh Allah

Dalam Q.s an-Nisâ/4:171, ‘Îsâ disebut sebagai kalimat (كلمة) dan rûh (روح) dari Allah. Sepintas ketika membaca ayat ini, kita mungkin segera mengklaim bahwa Qur’ãn membenarkan bahwa ‘Îsâ (Yesus) adalah logos (λογός) dan pneuma (πνευμα) Allah, sama seperti klaim PB.[3] Sebaiknya kita berhati-hati untuk klaim semacam ini.

Umumnya mufassir Islam membedakan antara kalimat Allah (كلمة الله) dengan kalâm Allah (كلام الله). Bagi mereka, yang dimaksud logos yang sehakekat, melekat, dan sederajat dengan dzat Allah (زة الله) adalah kalâm Allah, sedangkan kalimat adalah pancaran dari kalâm Allah. Itulah sebabnya, ‘Îsâ dipahami diciptakan dengan kalimat, sama seperti gunung-gunung, lautan, bukit, dan manusia lainnya. Dalam Q.s Ali ‘Imrân/3:59 ditegaskan bahwa penciptaan ‘Îsâ di sisi Allah sama seperti penciptaan Adam.

Sementara rûh yang dikenakan kepada ‘Îsâ dikaitkan dengan rûh al-qudus (روح القدس; Q.s al-Baqarah/2:87,253; al-Mâidah/5:110). Rûh al-qudus dipahami sebagai Malaikat Jibril, sebab rûh al-qudus dibedakan dengan rûh al-qudûs (روح القدوس). Rûh al-qudus adalah pancaran dari rûh al-qudûs, sedangkan rûh al-qudûs adalah rûh yang melekat, sehakekat dengan dzat Allah.

Meskipun ini hanya menjadi interpretasi filosofis Arab terhadap terminologi kalâm dan rûh al-qudûs, tetap saja menjadi urgen dalam kaitan penafsiran Kristologi dalam Qur’ãn, sebab bagaimanapun, bangunan pemikiran teologi Islam cukup kuat ditopang oleh interpretasi semacam ini.

Oleh karena ini hanya menjadi pengantar, maka apa yang saya paparkan dalam makalah ini seobjektif mungkin saya paparkan dari sudut pandang Qur’ãn yang murni tanpa banyak melakukan interpretasi. Namun, kalau saya diminta harus menyimpulkan apa kata Qur’ãn tentang Kristus, maka saya hanya bisa mengatakan bahwa Qur’ãn bermaksud memaparkan kembali konsep Kristologi gereja-gereja Arab, tapi mengalami kegagalan oleh karena gereja-gereja Arab pada zaman Muhammad memiliki begitu banyak pemahaman atas konsep Kristologi



[1] Maulana M. Ali. The Holy Qur’an: Arabic Text, English Translation and Commentary, diterjemahkan oleh H.M. Bachrun (Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah)

[2] Ibid.

[3] Meskipun harus diperhatikan bahwa tidak semua penulis PB mengklaim Yesus sebagai pneuma tou Theou (πνευμα του θεου) atau menyamakan Yesus dengan Roh Kudus. Umumnya penulis PB hanya menyebut Yesus sebagai logos tou Theou (λογός του θεου).

8 komentar:

  1. saya juga hanya orang biasa koq..
    1. apakah Maulana itu seorang ahli tafsir ?
    2. apakah kitabnya secara umum menjadi rujukan umat Islam ?
    3. anda ingin menyeret bahwa Kristen dan Yesus itu juga dikenal Qur'an ? ma'af... anda harus hati hati dalam menulis, karena Qur'an sama sekali tidak mengenal Yesus dan Kristen dan apakah dasarnya dari penyembah Latha, Manat dan 'Uzza anda katakan sebagai Kristen ?

    BalasHapus
  2. 1. Maulana Muhammad Ali Jauhar adalah salah satu penerjemah Qur'an yang mengerti Bahasa Arab, saya hanya mengutip terjemahan dia untuk kata "masîhun" dalam Bahasa Arab, dan sebenarnya bukan hanya dia yang menafsir demikian;

    2. Terjemahan Qur'an-nya cukup dominan digunakan sebagai referensi dalam banyak buku, termasuk dalam proyek-proyek terjemahan Qur'an dalam Bahasa Inggris;

    3. Pastilah Qur'an mengenal Kristen dan Yesus, kecuali Anda dapat membuktikan sebaliknya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maulana Muhammad Ali Jauhar adl org Ahmadiyah dari sekte Lahore. Begitu pun dg Maulana Abdullah Yusuf Ali, penulis "The Holy of Qur'an".
      Ahmadiyah sendiri adalah bonekanya *. Lihat saja dimana pusat Ahmadiyah skrg berada? di mana2 yg namanya ** selalu berusaha dekat dg majikannya.

      Hapus
    2. Saya kira kutipan dari Maulana M. Ali dalam artikel di atas tidak ada hubungannya dengan ke-Ahmadiyah-annya:

      "Kata masîhun dalam bahasa Arab memiliki dua arti: (1) orang yang diurapi dengan minyak atau orang yang diminyaki, dan (2) orang yang bepergian.

      Banyak pemikir Islam beranggapan bahwa diberikannya gelar al-masîhu kepada ‘Îsâ lebih disebabkan karena karakter ‘Îsâ yang senang melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain. Dalam suatu cerita yang berkembang di Arab, ‘Îsâ dikatakan pernah melakukan perjalanan kepada kesepuluh suku Israel yang hilang dan menetap di negeri Timur, di Afghanistan dan Kasymir."

      Hapus
  3. Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: “tiga”, berhentilah, lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara. (QS. 4:171)

    (Hai Ahli kitab) maksudnya kitab Injil (janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu dan janganlah kamu katakan terhadap Allah kecuali) ucapan (yang benar) yaitu menyucikan-Nya dari kemusyrikan dan mempunyai anak. (Sesungguhnya Almasih Isa putra Maryam itu adalah utusan Allah dan kalimat-Nya) kalimat-Nya adalah: “Jadilah!” (yang diucapkan-Nya) atau disampaikan-Nya (kepada Maryam dan roh dari-Nya) diidhafatkan kepada Allah swt. demi untuk memuliakan Isa dan bukanlah sebagai dugaan kamu bahwa dia adalah anak Allah atau Tuhan bersama-Nya atau salah satu dari oknum yang tiga. Karena sesuatu yang mempunyai roh itu tersusun sedangkan Tuhan Maha Suci dari tersusun dan dari dinisbatkannya tersusun itu kepada-Nya (Maka berimanlah kamu kepada Allah dan kepada rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu katakan) bahwa Tuhan itu (tiga) yakni Allah, Isa dan oknum ketiga (hentikanlah) yang demikian itu (dan perbuatlah yang lebih baik bagi kamu) yakni bertauhid (Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Dia) artinya bersih dan terhindar (dari mempunyai anak. Bagi-Nya apa yang terdapat di langit dan yang di bumi) baik sebagai makhluk maupun sebagai milik dan hamba sedangkan pemiliknya itu bertentangan dengan mempunyai anak (Dan cukuplah Allah sebagai wakil) atau saksi atas demikian itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wahai orang kafir....apakah kamu juga sudah merasa sbenar agamamu???
      camkan itu...harusnya kamu juga bertobat....!!!!!

      Hapus
  4. Contradictions in the Bible!

    1. Who incited David to count the fighting men of Israel?

    ..God did (2 Samuel 24: 1)
    ..Satan did (I Chronicles 2 1:1)

    2. In that count how many fighting men were found in Israel?

    ..Eight hundred thousand (2 Samuel 24:9)
    ..One million, one hundred thousand (I Chronicles 21:5)

    3. How many fighting men were found in Judah?

    ..Five hundred thousand (2 Samuel 24:9)
    ..Four hundred and seventy thousand (I Chronicles 21:5)

    4. God sent his prophet to threaten David with how many years of famine?

    ..Seven (2 Samuel 24:13)
    ..Three (I Chronicles 21:12)

    5. How old was Ahaziah when he began to rule over Jerusalem?

    ..Twenty-two (2 Kings 8:26)
    ..Forty-two (2 Chronicles 22:2)

    6. How old was Jehoiachin when he became king of Jerusalem?

    ..Eighteen (2 Kings 24:8)
    ..Eight (2 Chronicles 36:9)

    7. How long did he rule over Jerusalem?

    ..Three months (2 Kings 24:8)
    ..Three months and ten days (2 Chronicles 36:9)

    8. The chief of the mighty men of David lifted up his spear and killed how many men at one time?

    ..Eight hundred (2 Samuel 23:8)
    ..Three hundred (I Chronicles 11: 11)

    9. When did David bring the Ark of the Covenant to Jerusalem? Before defeating the Philistines or after?

    ..After (2 Samuel 5 and 6)
    ..Before (I Chronicles 13 and 14)

    10. How many pairs of clean animals did God tell Noah to take into the Ark?

    ..Two (Genesis 6:19, 20)
    ..Seven (Genesis 7:2). But despite this last instruction only two pairs went into the ark (Genesis 7:8-9)

    there are many more

    BalasHapus