Upaya untuk mengembalikan dogma, tradisi dan spirit kekristenan ke akar kekristenan itu sendiri bukanlah upaya yang baru dalam sejarah perkembangan kekristenan. Upaya ini adalah upaya yang dilakukan untuk menjawab tantangan zaman, dimana kekristenan dianggap mulai terlepas dari akarnya bahkan mulai meninggalkan akarnya.
Di sisi lain, lepas dari akar dapat bermakna positif bagi kekristenan itu sendiri, sebab dengan cara itu, kekristenan dapat bertumbuh sendiri sebagai agama dan paradigma yang terus berkembang dan menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Sisi inilah yang diperjuangkan oleh sebagian kaum liberalis dan humanis Kristen melalui pendekatan-pendekatan sosio-antropologis, psikologis dan filosofis kekristenan.
Namun, di sisi lain, lepas dari akar dapat menjadi bumerang bagi kekristenan. Kekristenan dapat bertumbuh sebagai agama dan paradigma yang tidak berakar, sehingga dapat dengan mudah diombang-ambingkan oleh derasnya arus perubahan zaman. Ia dapat bertumbuh sebagai suatu agama sinkretis atau agama yang merupakan produk dari zaman modern, yang semata-mata mengikuti saja apa yang dituntut oleh zaman. Sisi ini diperjuangkan oleh kaum ortodoks, neo-ortodoks dan gerakan-gerakan “baru” seperti
messianic movement,
messianic judaism, dan sebagainya.