Minggu, 26 Desember 2010

Sandiwara Natal

25 DESEMBER adalah tanggal yang "disepakati" oleh gereja-gereja pada umumnya untuk merayakan hari kelahiran Yesus Kristus. Meskipun kita tahu bahwa Yesus "tidak mungkin" lahir pada tanggal itu, tapi sebagai bentuk "tradisi gerejawi" maka mau tidak mau kita pun ikut merayakannya.

Apa yang paling menarik di hari NATAL?


S A N D I W A R A . . . alias Drama Natal...

Hampir semua gereja menyuguhkan drama Natal yang diselipkan di dalam liturgi atau tata ibadahnya, meskipun perayaan Natal itu sendiri sudah mencerminkan sandiwara kehidupan itu sendiri...

Di hari NATAL, banyak orang rame-rame memasang pohon Natal dengan dihiasi lampu yang kelap-kelip. Bahkan, banyak pohon Natal telah terpasang sebelum bulan Desember tiba dan baru disimpan lagi setelah Januari. Padahal, tanpa pohon Natal aja, sebenarnya sudah cukup direpotkan dengan tagihan listrik bulanan, tapi... demi Natal... pohon Natal cantik itu tetap dibiarkan menyala menambah penggunaan energi listrik rumah tangga

Bayangkan jika setiap rumah tangga Kristen menyalakan lampu Natal setiap malam sepanjang Desember dan Januari. Jika setiap lampu Natal menggunakan daya 10-50 Watt, maka bisa dihitung berapa besaran daya listrik yang dihabiskan oleh orang-orang Kristen sepanjang musim Natal...

Dengan penggunaan listrik sebanyak itu, berarti Natal memang bukanlah perayaan yang ramah lingkungan! Natal mengajarkan kita untuk menguras energi bumi ini semaksimal mungkin, demi "SUKA CITA" yang samar-samar, kelap-kelip persis seperti nyala lampu Natal

Di hari NATAL juga banyak orang membanjiri gereja, bersalam-salaman dengan wajah penuh senyum, padahal batinnya sedang bergejolak. Mengenakan baju baru agar kelihatan "menghormati" NATAL, tapi sebenarnya tujuannya hanyalah untuk menunjukkan eksistensi sendiri. Kesombongan yang dikemas dalam tradisi tahunan!

Ho... ho... ho... siapa lagi itu? Pria gendut berkumis putih tebal! Pakaiannya merah putih dan sibuk membagi-bagikan hadiah. Hadiah yang sebenarnya bukan dari dirinya, tapi dititipkan oleh orang tua atau panitia Natal agar dibagi-bagikan oleh pria gendut itu. Ya, lagi-lagi... tipuan klasik demi membahagiakan hati anak-anak, dan anak-anak yang polos itu pun menikmati tipuan orang dewasa itu!

Lalu, marilah kita mengecek berapa rata-rata budget yang dikeluarkan oleh gereja untuk menghadirkan nuansa NATAL di dalam gerejanya. Fantastis! Di kota-kota besar, setiap gereja mengeluarkan jutaan rupiah, bahkan ada yang hingga puluhan juta rupiah demi NATAL! Oh my GOD! Bayangkan jika setiap budget itu dikumpulkan untuk dikirimkan kepada para korban bencana alam atau orang-orang yang berkesusahan, barangkali ini akan membuat NATAL menjadi lebih membahagiakan, ketimbang menciptakan selebrasi penuh kepalsuan di dalam gereja!

Jadi, apakah artinya NATAL?

NATAL tak lebih daripada sandiwara tahunan yang diperankan oleh setiap orang. Penuh kepura-puraan dan suka cita yang samar-samar!

Sama seperti 25 DESEMBER bukanlah hari dimana Yesus dilahirkan, demikian juga Yesus disingkirkan jauh-jauh dari perayaan Natal itu sendiri!

Sementara kita menikmati kue-kue khas Natal dan makanan-makanan enak, tanpa sadar, kita membiarkan Yesus berjalan dalam kesepian mencari sesuap nasi untuk makan malam-Nya...

Sementara kita tertidur lelap setelah puas merayakan keceriaan Natal, tanpa sadar, kita membiarkan Yesus mengetuk-ngetuk pintu dari rumah ke rumah mencari tempat untuk menginap dan membaringkan diri-Nya...

Selamat menikmati kepalsuan NATAL...

Selamat bersandiwara NATAL!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar