tag:blogger.com,1999:blog-10006482854196007382024-03-13T23:22:20.939+07:00HasseferBlog ini berisi gagasan dan pemikiran pribadiku mengenai hal-hal yang berhubungan dengan teologiOhavhttp://www.blogger.com/profile/02993583230393013301noreply@blogger.comBlogger28125tag:blogger.com,1999:blog-1000648285419600738.post-73461653974468909442012-08-14T14:35:00.003+07:002012-08-14T14:35:56.381+07:00Doa Bapa Kami dalam Injil Matius dan Lukas<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://clubweb.interbaun.com/%7Emward/calligraphy01.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="http://clubweb.interbaun.com/%7Emward/calligraphy01.jpg" width="227"></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Doa Bapa Kami dalam Bahasa Latin,<br>
tertulis dalam sebuah perkamen</td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span class="textexposedshow"><span style="font-family: "Molengo","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Bagi
orang Kristen, Doa Bapa Kami adalah doa yang sudah sangat dikenal, bahkan
sebagian besar bisa mengucapkan doa ini tanpa melihat teks. Sejak di Sekolah
Minggu serta pelajaran Agama Kristen di sekolah, kita sudah berkenalan dan
mempelajari doa yang diajarkan oleh Yesus ini. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<br></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span class="textexposedshow"><span style="font-family: "Molengo","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dalam Alkitab,
ada dua Injil yang menulis tentang Doa Bapa Kami yaitu Matius 6:9-13 dan Lukas
11:2-4. Di antara kedua teks tersebut,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>teks
yang paling dikenal dan dihafal oleh umat Kristiani adalah Doa Bapa Kami
menurut Injil Matius. Apalagi, di sebagian besar gereja, Doa Bapa Kami menurut
Injil Matius ini telah menjadi bagian dari liturgi, yang sering diucapkan
bersama-sama, baik sebagai penutup doa, maupun sebagai doa tersendiri.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<br></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "Molengo","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Namun, jika kita mencoba lebih
teliti membaca—bahkan menggali—Doa Bapa Kami menurut Injil Matius dan Lukas,
apalagi mengkajinya dari teks Yunani Injil Matius dan Injil Lukas, maka pertanyaan-pertanyaan
berikut mungkin akan terlintas dalam pikiran kita:<br>
<span class="textexposedshow">1. Mengapa Doa Bapa Kami dalam Injil Matius dan
Injil Lukas berbeda? </span><br>
<span class="textexposedshow">2. Mengapa kalimat "Karena Engkaulah yang
empunya kerajaan, dst..." dalam Injil Matius tidak muncul dalam naskah-naskah
yang lebih tua? </span><br>
<span class="textexposedshow">3. Apa makna teologis dan praktis Doa Bapa Kami
bagi kita?</span></span></div>
<a href="https://hassefer.blogspot.com/2012/08/doa-bapa-kami-dalam-injil-matius-dan.html#more">Baca selengkapnya »</a>Ohavhttp://www.blogger.com/profile/02993583230393013301noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-1000648285419600738.post-48918943164456645002011-08-12T05:53:00.003+07:002011-08-12T05:59:25.104+07:00Dimerdekakan untuk Melayani<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://www.evo.web.id/wp-content/uploads/2011/07/freedom-evo.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="133" src="http://www.evo.web.id/wp-content/uploads/2011/07/freedom-evo.jpg" width="200"></a></div><em>“Kristus telah memerdekakan kita bagi kemerdekaan. Berdirilah teguh! dan jangan lagi kamu dibebani dengan kuk perhambaan” </em>(terj. harafiah Galatia 5:1).<br>
<br>
Di dalam Kristus, orang-orang telah dimerdekakan. Itulah prinsip ajaran Rasul Paulus. Tetapi, di Galatia, muncul kelompok-kelompok tradisional yang mencoba mengaburkan ajaran Rasul Paulus dengan berkata bahwa mereka harus ditaklukkan kembali kepada Taurat.<br>
<br>
Apa maksud “takluk kepada Taurat”? (Gal. 4:5)<br>
<a href="https://hassefer.blogspot.com/2011/08/dimerdekakan-untuk-melayani.html#more">Baca selengkapnya »</a>Ohavhttp://www.blogger.com/profile/02993583230393013301noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-1000648285419600738.post-51029915756588970672011-05-28T08:25:00.000+07:002011-05-28T08:25:41.036+07:00Film Corpus Christi: Yesus Gay?<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://i477.photobucket.com/albums/rr134/Navetero/corpus_christi_1.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://i477.photobucket.com/albums/rr134/Navetero/corpus_christi_1.jpg" width="196"></a></div>Beberapa waktu belakangan ini kembali beredar pesan melalui email, BBM dan media-media lainnya mengenai film CORPUS CHRISTI.<br>
<br>
Dalam pesan-pesan tersebut dikatakan bahwa pada sekitar bulan Juni s/d Agustus <b>tahun ini</b> akan dirilis sebuah film berjudul <i>Corpus Christi </i>yang isinya menggambarkan Yesus dan murid-murid-Nya sebagai gay (homoseksual).<br>
<a href="https://hassefer.blogspot.com/2011/05/film-corpus-christi-yesus-gay.html#more">Baca selengkapnya »</a>Ohavhttp://www.blogger.com/profile/02993583230393013301noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1000648285419600738.post-27363681370298997302011-04-25T00:17:00.000+07:002011-04-25T00:17:40.443+07:00Kristus Sudah Dibangkitkan!<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-wZCpzlDMjLA/TbRa4-_8TTI/AAAAAAAAAFo/XxLllNf8hag/s1600/marymagdalenetomb.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://3.bp.blogspot.com/-wZCpzlDMjLA/TbRa4-_8TTI/AAAAAAAAAFo/XxLllNf8hag/s200/marymagdalenetomb.jpg" width="147"></a></div><i>Khristos anestē ek nekrōn</i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;"><i>Thanatō thanaton patēsas</i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;"><i>Kai tois en tois mnēmasi</i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;"><i>Zōēn kharisamenos!</i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;"><br>
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">Kristus sudah bangkit dari kematian</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">Oleh kematian Ia mengalahkan kematian</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">Dan bagi mereka yang ada di dalam kuburan</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">Ia menganugerahkan kehidupan!<br>
</div><a href="https://hassefer.blogspot.com/2011/04/kristus-sudah-dibangkitkan.html#more">Baca selengkapnya »</a>Ohavhttp://www.blogger.com/profile/02993583230393013301noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1000648285419600738.post-52924572599370815022011-01-12T19:13:00.000+07:002011-01-12T19:13:22.122+07:00Musa dan YHWH<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/__c81R_16UiQ/TS2ax2YdhsI/AAAAAAAAAEg/eSuuRD4iKTc/s1600/YHWH+kuno.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="100" src="http://3.bp.blogspot.com/__c81R_16UiQ/TS2ax2YdhsI/AAAAAAAAAEg/eSuuRD4iKTc/s200/YHWH+kuno.jpg" width="200"></a></div>Dalam Midrash (kumpulan eksegese <i>Tanakh</i>) Yahudi, Musa dikenal memiliki tujuh nama lain, yaitu: Yequthiel (oleh ibunya), Heber (oleh bapaknya), Yered (oleh Miriam), Avi Zanoakh (oleh Harun), Avi Gedor (oleh Kehat), Avi Soso (oleh pengasuhnya), dan Shemaia ben Nethanel (oleh orang-orang Israel). Sementara, dalam Midrash Wayiqra Rabba 1:3, Musa juga dikenal dengan nama Tovia (sebagai nama pertamanya) dan Lewi (nama keluarganya). Dalam Talmud Bava Batra, dia juga dikenal dengan nama Heman dan Mokhoqeiq. Dalam Talmud Berakhoth, ia dikenal dengan nama Ehl Gav Ish.<br>
<br>
<br>
<a href="https://hassefer.blogspot.com/2011/01/musa-dan-yhwh.html#more">Baca selengkapnya »</a>Ohavhttp://www.blogger.com/profile/02993583230393013301noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1000648285419600738.post-25692511326987678112011-01-09T11:04:00.000+07:002015-08-11T03:43:23.740+07:00Persepuluhan dan Kekeliruan Gereja Kini<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/__c81R_16UiQ/TSkzk2KCjSI/AAAAAAAAAEc/AhqdGNM66VQ/s1600/tithing.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="135" src="http://3.bp.blogspot.com/__c81R_16UiQ/TSkzk2KCjSI/AAAAAAAAAEc/AhqdGNM66VQ/s200/tithing.jpg" width="200"></a></div>
Persembahan persepuluhan pertama kali diberikan oleh Abram kepada Melkisedek (Imam El ‘Elyōn) dalam Kej. 14:20 (lihat juga Ibr. 7:2), sebagai bentuk syukur Abram atas keberhasilannya mengalahkan musuh-musuhnya. <br>
<br>
Selanjutnya, Yakub juga bersumpah untuk memberikan persembahan persepuluhan kepada TUHAN di Bethel setelah mimpinya tentang tangga (Kej. 28:22).<br>
<br>
<a href="https://hassefer.blogspot.com/2011/01/persepuluhan-dan-kekeliruan-gereja-kini.html#more">Baca selengkapnya »</a>Ohavhttp://www.blogger.com/profile/02993583230393013301noreply@blogger.com77tag:blogger.com,1999:blog-1000648285419600738.post-89365226494435696082010-12-26T15:35:00.000+07:002010-12-26T15:35:36.874+07:00Sandiwara Natal<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/__c81R_16UiQ/TRb-I0bM9sI/AAAAAAAAAEY/JCCmph0te9s/s1600/merry-x%2527mas.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://1.bp.blogspot.com/__c81R_16UiQ/TRb-I0bM9sI/AAAAAAAAAEY/JCCmph0te9s/s200/merry-x%2527mas.jpg" width="200"></a></div>25 DESEMBER adalah tanggal yang "disepakati" oleh gereja-gereja pada umumnya untuk merayakan hari kelahiran Yesus Kristus. Meskipun kita tahu bahwa Yesus "tidak mungkin" lahir pada tanggal itu, tapi sebagai bentuk "tradisi gerejawi" maka mau tidak mau kita pun ikut merayakannya.<br>
<br>
Apa yang paling menarik di hari NATAL?<br>
<a href="https://hassefer.blogspot.com/2010/12/sandiwara-natal.html#more">Baca selengkapnya »</a>Ohavhttp://www.blogger.com/profile/02993583230393013301noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1000648285419600738.post-21882175153411041182010-12-12T22:17:00.009+07:002010-12-14T00:35:01.564+07:00TUHAN Menyesal?<a href="http://4.bp.blogspot.com/__c81R_16UiQ/TQT2PvhDuPI/AAAAAAAAADo/lnV_TfO5hzs/s1600/tears4%2Bsmall.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5549831391140886770" src="http://4.bp.blogspot.com/__c81R_16UiQ/TQT2PvhDuPI/AAAAAAAAADo/lnV_TfO5hzs/s200/tears4%2Bsmall.jpg" style="cursor: pointer; float: right; height: 177px; margin: 0pt 0pt 10px 10px; width: 150px;"></a><br>
Dalam Kejadian 6:6 terdapat kalimat "maka menyesallah TUHAN" dalam Alkitab Terjemahan Baru (TB) terbitan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI). Kalimat ini tentulah kalimat anthropomorfis.<br>
<br>
Penggunaan kalimat-kalimat anthropomorfis sangatlah lazim dalam Alkitab, misalnya "TUHAN berjalan," "TUHAN duduk," "TUHAN sedih," dan banyak lagi. Kalimat-kalimat anthropomorfis menggambarkan seolah-olah TUHAN seperti manusia agar manusia lebih mudah memahaminya. Pada dasarnya, TUHAN tidak bisa digambarkan atau diserupakan dengan apapun juga, karena DIA melampaui segala batas logika dan pemikiran manusia.<br>
<br>
Tapi, betulkah yang dimaksud pada Kejadian 6:6 itu "TUHAN menyesal"?<br>
<a href="https://hassefer.blogspot.com/2010/12/tuhan-menyesal.html#more">Baca selengkapnya »</a>Ohavhttp://www.blogger.com/profile/02993583230393013301noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1000648285419600738.post-83488604563174813532009-07-18T16:41:00.004+07:002010-12-14T00:20:08.026+07:00Hikmat dan Pengertian (Amsal 4:7)<a href="http://2.bp.blogspot.com/__c81R_16UiQ/SmGai8OnRuI/AAAAAAAAACU/xAlJGuth0zo/s1600-h/understanding-the-brain.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5359734956621252322" src="http://2.bp.blogspot.com/__c81R_16UiQ/SmGai8OnRuI/AAAAAAAAACU/xAlJGuth0zo/s200/understanding-the-brain.jpg" style="cursor: pointer; float: right; height: 149px; margin: 0pt 0pt 10px 10px; width: 109px;"></a><br>
Amsal ini berbicara tentang apa yang terutama yang harus kita peroleh dalam hidup ini, sekaligus rahasia bagaimana memahami setiap rancangan TUHAN dalam hidup ini.<br>
<br>
Pada bagian pertama dikatakan “<span style="font-style: italic;">reshith khokhma qene khokhma</span>.” Kalimat ini bisa berarti “yang pertama dari hikmat adalah perolehlah hikmat!” (band. terjemahan TB-LAI). Artinya, hikmat (<span style="font-style: italic;">khokhma</span>) hanya bisa diperoleh dengan jalan memperoleh hikmat itu sendiri. Tidak ada cara lain selain memintanya kepada TUHAN.<br>
<br>
<br>
<a href="https://hassefer.blogspot.com/2009/07/hikmat-dan-pengertian-amsal-47.html#more">Baca selengkapnya »</a>Ohavhttp://www.blogger.com/profile/02993583230393013301noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1000648285419600738.post-13137299552470005632009-07-16T12:13:00.003+07:002010-12-14T00:20:45.441+07:00Meraih Kebahagiaan Sejati (Mazmur 1:1)<a href="http://2.bp.blogspot.com/__c81R_16UiQ/Sl64PkmXO-I/AAAAAAAAACM/7IKJfO_7-fU/s1600-h/happiness.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5358923184279600098" src="http://2.bp.blogspot.com/__c81R_16UiQ/Sl64PkmXO-I/AAAAAAAAACM/7IKJfO_7-fU/s200/happiness.jpg" style="cursor: pointer; float: right; height: 185px; margin: 0pt 0pt 10px 10px; width: 200px;"></a><br>
<div>Siapapun kita tentulah mendambakan kebahagiaan dalam hidup kita. Disadari atau tidak, banyak hal kita lakukan demi meraih kebahagiaan itu, termasuk dalam hal beriman. Kita beriman kepada TUHAN antara lain karena ada motivasi “ingin bahagia” dalam diri kita, dan kita percaya bahwa TUHAN adalah sumber kebahagiaan sejati kita. </div><div><br>
</div><div>Tapi, ada kalanya, hidup sebagai orang yang beriman, justru tak memberi kita kebahagiaan. Kita sering larut dalam kesedihan atau hidup dalam keputusasaan. Jadinya, keberimanan kita sangatlah semu dan tidak memberi dampak apa-apa dalam hidup kita. </div><div><br>
</div><div>Lalu, apa yang harus kita lakukan? </div><div><br>
</div><a href="https://hassefer.blogspot.com/2009/07/meraih-kebahagiaan-sejati-mazmur-11.html#more">Baca selengkapnya »</a>Ohavhttp://www.blogger.com/profile/02993583230393013301noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1000648285419600738.post-33751745295167058752009-07-01T14:05:00.001+07:002010-12-14T00:26:40.395+07:00Kembali ke Akar?Upaya untuk mengembalikan dogma, tradisi dan spirit kekristenan ke akar kekristenan itu sendiri bukanlah upaya yang baru dalam sejarah perkembangan kekristenan. Upaya ini adalah upaya yang dilakukan untuk menjawab tantangan zaman, dimana kekristenan dianggap mulai terlepas dari akarnya bahkan mulai meninggalkan akarnya.<br>
<br>
Di sisi lain, lepas dari akar dapat bermakna positif bagi kekristenan itu sendiri, sebab dengan cara itu, kekristenan dapat bertumbuh sendiri sebagai agama dan paradigma yang terus berkembang dan menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Sisi inilah yang diperjuangkan oleh sebagian kaum liberalis dan humanis Kristen melalui pendekatan-pendekatan sosio-antropologis, psikologis dan filosofis kekristenan.<br>
<br>
Namun, di sisi lain, lepas dari akar dapat menjadi bumerang bagi kekristenan. Kekristenan dapat bertumbuh sebagai agama dan paradigma yang tidak berakar, sehingga dapat dengan mudah diombang-ambingkan oleh derasnya arus perubahan zaman. Ia dapat bertumbuh sebagai suatu agama sinkretis atau agama yang merupakan produk dari zaman modern, yang semata-mata mengikuti saja apa yang dituntut oleh zaman. Sisi ini diperjuangkan oleh kaum ortodoks, neo-ortodoks dan gerakan-gerakan “baru” seperti <i>messianic movement</i>, <i>messianic judaism</i>, dan sebagainya.<br>
<br>
<a href="https://hassefer.blogspot.com/2009/07/kembali-ke-akar.html#more">Baca selengkapnya »</a>Ohavhttp://www.blogger.com/profile/02993583230393013301noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-1000648285419600738.post-41208874999455904432009-06-06T20:03:00.002+07:002010-12-14T00:29:35.562+07:00Kapankah Kebangkitan Yesus Itu?<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 10pt;">Banyak orang Kristen menghubungkan kebangkitan Yesus dengan tanda Nabi Yunus. Sebagaimana Yunus berada di dalam perut ikan selama tiga hari tiga malam, demikian juga Yesus berada dalam kubur. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 10pt;">Pernyataan ini berangkat dari pernyataan dalam Matius 12:39-40 “<sup>39</sup>Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. <sup>40</sup>Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam.” </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br>
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 10pt;">Persoalannya, jika Yunus berada di perut ikan tiga hari tiga malam lamanya, maka logikanya, Yesus berada dalam kubur selama tiga hari tiga malam juga. Jadi, jika Yesus dikuburkan pada Jumat malam, maka, kebangkitan itu seharusnya terjadi tiga hari tiga malam kemudian, tepatnya Senin sore menjelang malam. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 10pt;"></span></div><a href="https://hassefer.blogspot.com/2009/06/kapankah-kebangkitan-yesus-itu.html#more">Baca selengkapnya »</a>Ohavhttp://www.blogger.com/profile/02993583230393013301noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1000648285419600738.post-14056625993130583462009-06-06T10:54:00.002+07:002010-12-14T00:31:46.756+07:00Hukum Yang TerutamaTiga Injil Sinoptik (Matius, Markus, dan Lukas) sama-sama bercerita tentang diskusi antara Yesus dan Ahli Taurat Farisi mengenai hukum yang terutama (Mat. 22:34-40; Mrk. 12:28-34; Luk. 10:25-28). Namun, hanya Matius yang berhenti pada jawaban Yesus tanpa menjelaskan bagaimana reaksi balik dari Ahli Taurat itu. Markus mengungkapkan bagaimana Yesus melihat kebijaksanaan dalam diri Ahli Taurat, sementara Lukas memberi narasi yang berbeda, dengan mengungkapkan bahwa jawaban itu justru datang dari si Ahli Taurat itu sendiri.<br>
<br>
Saya tidak akan membahas perihal perbedaan sudut pandang antara ketiga penulis Injil tersebut dalam tulisan ini, melainkan akan memfokuskan pada perspektif Matius tentang diskusi tersebut, sekaligus melihat bagaimana Matius menafsirkan ucapan Yesus tentang “Hukum yang Terutama.”<br>
<br>
<a href="https://hassefer.blogspot.com/2009/06/tiga-injil-sinoptik-matius-markus-dan.html#more">Baca selengkapnya »</a>Ohavhttp://www.blogger.com/profile/02993583230393013301noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1000648285419600738.post-80112957175142577242009-06-04T19:29:00.002+07:002010-12-14T00:32:16.894+07:00Jadikanlah Mereka Murid<div>"Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Mat. 28:19-20)</div><div><br>
</div><div>Ketika membaca Mat. 28:19-20, maka yang ada di benak mayoritas orang Kristen adalah apa yang dikenal dengan "Amanat Agung." Alasannya, dalam nats ini ada suatu perintah langsung dari Kristus dan di dalamnya terdapat formula baptisan. Tak jarang ada juga yang menafsirkan ini sebagai perintah untuk melakukan Kristenisasi.</div><div><br>
</div><a href="https://hassefer.blogspot.com/2009/06/jadikanlah-mereka-murid.html#more">Baca selengkapnya »</a>Ohavhttp://www.blogger.com/profile/02993583230393013301noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1000648285419600738.post-42248815750231800472009-06-04T19:26:00.002+07:002009-06-04T19:29:37.219+07:00Shema' sebagai Syahadat<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language:IN">“Dengarlah Israel, </span><i>YHWH</i><span style="mso-ansi-language:IN"> itu Tuhan kita, </span><i>YHWH</i><span style="mso-ansi-language:IN"> itu Esa!” merupakan pengajaran yang sangat mendasar baik oleh Yudaisme maupun oleh Yesus. </span></p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language:IN">Sebuah penelitian yang dilakukan dengan sangat cermat membuktikan bahwa kalimat ini bukanlah sebuah kalimat yang biasa bagi Yesus dan kaum Yahudi pada abad pertama. Berdasarkan Talmud Babilonia (</span><i>Sukka 42a</i><span style="mso-ansi-language:IN">), anak laki-laki Yahudi pertama kali harus diajari mengucapkan kalimat ini sejak ia mulai bisa berbicara. Dengan kata lain, sangat mungkin bagi Yusuf, ayah Yesus, untuk mengajarkan kalmat itu kepada Yesus ketika Yesus mulai berbicara. </span></p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language:IN">Dalam Alkitab, teks ini diambil dari Ulangan 6:4, sebuah kitab Taurat yang beredar sangat luas dan paling populer di antara kelima kitab Musa (<i style="mso-bidi-font-style:normal">Pentateukh</i>) pada zaman Yesus. Karena itu, wajarlah jika naskah-naskah Perjanjian Baru (PB) lebih banyak mengutip dari kitab Ulangan. Yesus, ketika dewasa pun, berhadapan dengan cobaan iblis (Matius 4:1-11), mengutip tiga kali dari kitab Ulangan, bahkan dalam penggalian arkeologis, fakta bahwa kitab Ulangan merupakan kitab paling luas penyebarannya diperkuat dengan ditemukannya lebih banyak naskah kitab Ulangan di antara gulungan-gulungan atau naskah Laut Mati yang ditemukan di Qumran. </span></p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language:IN">Kini, naskah Ulangan 6:4 itu dikenal dengan sebutan <i style="mso-bidi-font-style:normal">Shema' </i>(“Dengarlah!” - Ibr), sebuah kata kerja perintah yang mengawali naskah aslinya: “<i style="mso-bidi-font-style:normal">Shema' Yisrael YHWH Eloheinu YHWH ekhad!</i>” Dalam tradisi Ibrani, <i style="mso-bidi-font-style:normal">Shema' </i>bukanlah sebuah doa (literatur rabinik tidak pernah menggunakan kata ‘doa’ untuk <i style="mso-bidi-font-style:normal">Shema'</i>) melainkan suatu konfesi iman atau kredo (syahadat) yang disahkan dalam Mishna (<u>+</u> 200 M). </span></p> Kekristenan tidaklah merubah syahadat ini melainkan tetap mempertahankannya. Yesus dengan tegas mengutip syahadat ini ketika ditanya mengenai hukum yang terutama (Markus 12:29), namun banyak gereja kini kehilangan esensi dari <i style="mso-bidi-font-style:normal">Shema'</i> ini. Terjemahan Alkitab bahkan terkesan sederhana mengartikan <i style="mso-bidi-font-style: normal">Ekhad</i> dengan kata “Esa.” Para penafsir Yahudi mengartikan lebih dalam terhadap satu kata ini: (1) sebagai suatu afirmasi atas monoteisme, dan (2) mendeklarasikan keunikan TUHAN, <i style="mso-bidi-font-style:normal">Being </i>Utama, Pencipta segala sesuatu. []<div><br /></div><div><i>* ditulis untuk Majalah SUKA</i></div>Ohavhttp://www.blogger.com/profile/02993583230393013301noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1000648285419600738.post-3745379343448703872009-06-04T19:24:00.000+07:002009-06-04T19:25:49.086+07:00Purim<p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:normal">Dalam kitab Ester 9:20-32 kita menemukan tulisan mengenai ditetapkannya hari raya Purim, yaitu hari raya untuk memperingati bebasnya orang-orang Yahudi dari suatu upaya persekongkolan di istana Persia, yang dilakukan oleh Haman, untuk menghancurkan semua orang Yahudi.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:normal">Hari raya Purim diperingati setiap tanggal 14 pada bulan Adar, menurut kalender Ibrani. Menurut perhitungan, biasanya hari raya ini jatuh pada bulan Maret, menurut kalender Masehi. Sayangnya, sebagian besar orang Kristen tidak lagi ikut merayakan Purim. Padahal, bagi orang-orang Yahudi, Purim merupakan hari raya yang paling meriah. Melalui hari raya Purim, kita diingatkan akan pentingnya menolak segala bentuk diskriminasi, baik diskriminasi berdasarkan ras, suku, jenis kelamin maupun agama.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:normal">Bukan hanya itu saja, hari raya Purim juga diwarnai dengan tradisi-tradisi yang sangat baik untuk tetap dipelihara. Di antara tradisi-tradisi tersebut terdapat empat tradisi yang cukup penting, yaitu: membaca kitab Ester (<i style="mso-bidi-font-style:normal">qeriat hammegilla</i>), memberikan bingkisan berupa makanan dan minuman (<i style="mso-bidi-font-style: normal">mishloakh manot</i>), memberikan amal kepada orang-orang miskin (<i style="mso-bidi-font-style:normal">mattanot la’evyonim</i>) serta makan bersama dalam bentuk perjamuan (<i style="mso-bidi-font-style:normal">se’dat Purim</i>). Tradisi-tradisi ini berangkat dari tradisi yang ditetapkan oleh Ester dalam perayaan Purim itu sendiri (Ester 9:22).</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:normal">Dari antara keempat tradisi tersebut, tradisi <i style="mso-bidi-font-style:normal">mishloakh manot </i>(pemberian bingkisan berupa makanan dan minuman) menjadi tradisi yang paling menonjol dalam perayaan Purim.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:normal">Berdasarkan <i style="mso-bidi-font-style:normal">halakha </i>(kumpulan hukum Yahudi), setiap orang Yahudi yang telah berumur di atas <i style="mso-bidi-font-style:normal">bar </i>atau <i style="mso-bidi-font-style: normal">bath mitswa </i>(di atas 12 atau 13 tahun), wajib mengirimkan dua jenis berbeda makanan siap makan kepada seorang temannya, serta dua bentuk amal (baik uang maupun makanan) kepada dua orang miskin.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:normal">Di dalam <i style="mso-bidi-font-style:normal">halakha</i>, disebutkan beberapa aturan pokok mengenai tradisi <i style="mso-bidi-font-style: normal">mishloakh manot</i>, antara lain:</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:normal">1. <i style="mso-bidi-font-style:normal">Mishloakh manot</i> haruslah dilakukan selama matahari masih bersinar di hari Purim, lebih baik setelah pembacaan kitab Ester;</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:normal">2. Jika kita memiliki anak-anak, pastikan juga bahwa mereka mengirimkan <i style="mso-bidi-font-style:normal">misloakh manot </i>kepada teman-teman mereka. Hal ini sangat menyenangkan dan sekaligus merupakan cara kita melatih mereka sejak dini;</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:normal">3. Secara tradisi, <i style="mso-bidi-font-style: normal">misloakh manot</i> dikirimkan melalui orang ketiga. Anak-anak kecil merupakan utusan yang sangat antusias. Juga, kita dihimbau untuk memberikan sesuatu yang menyenangkan kepada anak-anak yang mengantarkan <i style="mso-bidi-font-style:normal">mishloakh manot</i> ke rumah kita, dan ingatkan mereka untuk mengucapkan doa berkat;</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:normal">4. Untuk alasan kesopanan, laki-laki haruslah mengirimkan <i style="mso-bidi-font-style:normal">mishloakh manot </i>kepada teman laki-lakinya, demikian juga perempuan mengirimkan kepada teman perempuannya. Aturan ini cukup kontras dengan tradisi di Hari Valentine. Bisa juga, satu keluarga mengirimkan kepada keluarga yang lain;</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:normal">5. Tidaklah wajib untuk mengirimkan <i style="mso-bidi-font-style:normal">mishloakh manot</i> kepada mereka yang sedang berduka. Meski demikian, dalam hari raya Purim, orang-orang yang berduka harus diberi penghiburan. Karenanya, ada semboyan dalam hari raya Purim dimana “tidak boleh ada satu orang pun dalam satu kota yang merasakan kesedihan di hari raya Purim.”</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:normal">6. Meskipun secara hukum kita diwajibkan mengirimkan <i style="mso-bidi-font-style:normal">mishloakh manot </i>hanya kepada satu orang, namun, orang yang memberikan <i style="mso-bidi-font-style: normal">mishloakh manot</i> kepada lebih dari satu orang disebut “orang yang sangat diberkati.”</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:normal">7. <i style="mso-bidi-font-style:normal">Mishloakh manot </i>haruslah berisi makanan yang layak dimakan (<i style="mso-bidi-font-style: normal">kosher</i>).</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:normal">Masih banyak aturan lain mengenai <i style="mso-bidi-font-style:normal">mishloakh manot </i>dalam hari raya Purim. Tetapi, intinya tradisi ini sangatlah baik untuk diterapkan dalam konteks kekristenan. Bayangkan saja, jika dalam satu kota terdapat 100 orang Kristen, maka, jika setiap satu orang Kristen memberi makan dua orang miskin dalam sehari, akan ada 200 orang miskin yang mendapatkan makanan secara cuma-cuma pada hari itu. Suatu tradisi yang baik, bukan?</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:normal">Dengan cara ini, “kasih” yang menjadi inti dari pemberitaan Yesus, bahkan inti dari isi Alkitab, benar-benar dapat direalisasikan, tidak sekedar menjadi slogan yang kosong.</p>Ohavhttp://www.blogger.com/profile/02993583230393013301noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1000648285419600738.post-58524927293581009772009-06-04T19:22:00.001+07:002009-06-04T19:24:20.039+07:00Ciptaan Baru<div>Istilah “ciptaan baru” adalah terjemahan dari istilah Yunani “kainê ktisis.” Istilah ini hanya ditemukan dalam surat-surat Rasul Paulus, yaitu dalam 2Korintus 5:17 dan Galatia 6:15. Meski demikian, istilah “ciptaan baru” bukanlah istilah yang pertama kali digunakan oleh Rasul Paulus.</div><div><br /></div><div>Istilah ini adalah istilah yang lazim digunakan oleh orang-orang Yahudi. Dalam Bahasa Ibrani, istilah yang digunakan oleh guru-guru agama Yahudi adalah “beri’a khadasa,” yang biasanya digunakan untuk menyebut orang-orang yang menjadi Yahudi.</div><div><br /></div><div>Bagi orang-orang non-Yahudi, yang merupakan kelompok Kristen mayoritas di Korintus dan Galatia, istilah “ciptaan baru” tentulah merupakan istilah yang baru bagi mereka. Mereka tidak pernah mengenal istilah ini, bahkan dalam filosofi Yunani. Namun, Paulus mencoba menarik benang merah antara apa yang dipahami oleh orang-orang Yahudi tentang “ciptaan baru” dengan teologinya yang sedang ia kembangkan.</div><div><br /></div><div>Jika orang-orang Yahudi mengaitkan “ciptaan baru” dengan proses konversi iman menjadi Yahudi, maka Paulus juga mengarahkan istilah “ciptaan baru” itu kepada proses konversi iman menjadi Kristen. Karena itu, baik dalam suratnya kepada Jemaat Korintus maupun Galatia, Paulus menghubungkan istilah “ciptaan baru” ini dengan kehidupan di dalam Kristus: “Siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru” (2Korintus 5:17).</div><div><br /></div><div>Mengenai pemilihan kata, Paulus menggunakan kata “<i>kainê</i>” dalam Bahasa Yunani. Kata <i>kainê</i> ini adalah kata sifat yang berasal dari kata <i>kainos</i>. Dalam Bahasa Yunani, ada dua kata yang diterjemahkan “baru,” yaitu kata <i>neos</i> dan <i>kainos</i>.</div><div><br /></div><div><i>Neos</i> berbicara tentang “baru berdasarkan waktu,” tanpa waktu, tidak ada <i>neos</i>. Sesuatu yang sudah tua atau berasal dari masa lalu tidaklah mungkin diubah menjadi <i>neos</i> lagi. Misalkan, jika kita punya mobil tua dan kita mengecatnya kembali dengan warna baru serta membersihkannya hingga kelihatan baru, maka sesungguhnya mobil itu bukanlah mobil <i>neos</i>, sebab secara usia, mobil itu tetaplah mobil tua.</div><div><br /></div><div>Jadi, tidak ada sesuatu yang lama yang dapat di-<i>neos</i>-kan.</div><div><br /></div><div>Berbeda dengan <i>neos</i>, kata <i>kainos</i>, yang digunakan oleh Paulus untuk menyebut “ciptaan baru”, berbicara tentang “baru berdasarkan kualitas.” Artinya, perubahan atau pembaruan yang dibicarakan Paulus bukanlah dengan jalan mengganti total diri kita, melainkan lebih tepat diartikan membersihkan jiwa kita hingga karakter kita diubahkan menjadi karakter yang baru.</div><div><br /></div><div>Dengan demikian, menjadi “ciptaan baru” bukanlah berbicara tentang sesuatu yang akan datang. Menjadi “ciptaan baru” bukanlah mengenakan tubuh yang baru, melainkan tetap dengan tubuh kita sekarang. Hanya saja, jiwa kita dan karakter kita benar-benar baru.</div><div><br /></div><div>Itulah sebabnya, dalam 2Korintus 5:17, Paulus menggunakan kalimat dalam bentuk sekarang, bukan bentuk yang akan datang. Paulus berkata, “siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru.” Paulus tidak berkata, “siapa yang ada di dalam Kristus, ia akan menjadi ciptaan baru.”</div><div><br /></div><div>Untuk menjadi “ciptaan baru,” pertama-tama kita harus ada “di dalam Kristus.” Inilah kunci pemikiran Paulus. Dalam surat-suratnya, Paulus berkali-kali menekankan frase “di dalam Kristus” (<i>en Khristos</i>). Sebab, bagi Paulus, perubahan hidup menjadi hidup yang benar-benar kainos, tidaklah mungkin terjadi jika kita berada “di luar Kristus.” Sebaliknya, orang yang ada “di dalam Kristus,” dengan sendirinya akan terus-menerus dituntut untuk mengalami peng-<i>kainos</i>-an hidup. []</div><div><br /></div><div><i>* ditulis untuk Majalah SUKA</i></div>Ohavhttp://www.blogger.com/profile/02993583230393013301noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1000648285419600738.post-66388300916994011222009-06-04T19:18:00.002+07:002009-06-04T19:21:31.335+07:00Yunus: Change of Spirit<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://2.bp.blogspot.com/__c81R_16UiQ/Sie8OfiLheI/AAAAAAAAABY/GtvXGvsGSOQ/s1600-h/jonah-whale.jpg"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 318px;" src="http://2.bp.blogspot.com/__c81R_16UiQ/Sie8OfiLheI/AAAAAAAAABY/GtvXGvsGSOQ/s320/jonah-whale.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5343446440067433954" /></a><br /><div>Kitab Yunus bagi umumnya ahli Perjanjian Lama diduga tidaklah menceritakan riwayat Yunus yang sebenarnya, melainkan hanyalah merupakan kitab perumpamaan dengan mengangkat figur Yunus sebagai tokoh sentralnya.</div><div><br /></div><div>Dalam Bahasa Ibrani, nama Yunus berarti “burung merpati.” Bagi orang Yahudi, burung merpati merupakan simbol ketulusan dan kesetiaan. Hal ini dikarenakan karakter burung merpati yang setia dengan pasangannya.</div><div><br /></div><div>Namun, cerita Yunus dalam Kitab Yunus sangatlah berlawanan dengan karakter burung merpati. Yunus digambarkan sebagai nabi yang tidak suka dengan cara TUHAN memandang bangsa Asyur, dalam hal ini diwakili oleh kota Niniwe.</div><div><br /></div><div>Kota Niniwe adalah salah satu kota penting di Kerajaan Asyur kuno. Pada masa kini, kota Niniwe diperkirakan berada di Mosul, Irak. Kota padat penduduk ini diperkirakan didirikan oleh Nimrod pada sekitar tahun 1800 SM (Kejadian 10:8-12) dan baru bisa ditaklukkan oleh musuh pada tahun 612 SM.</div><div><br /></div><div>Menurut naskah-naskah kuno yang pernah ditemukan, kota Niniwe adalah pusat penyembahan dewi Ishtar. Kota ini memiliki kebudayaan yang sangat maju, terbukti dengan ditemukannya berbagai naskah kuno dan reruntuhan bangunan-bangunan kuno, di antaranya 18 kanal yang pernah dibangun di Niniwe.</div><div><br /></div><div>Dari segi politik, Niniwe dan juga Asyur merupakan lawan tangguh Israel. Mereka berkali-kali melakukan serangan terhadap Israel dan ini dianggap sebagai pelecehan terhadap umat TUHAN. Itulah sebabnya, keinginan TUHAN untuk melawat bangsa ini diprotes oleh Yunus. Yunus tidak setuju jika kabar keselamatan diwartakan kepada bangsa yang terang-terangan melawan umat TUHAN.</div><div><br /></div><div>Melihat ulah Yunus, TUHAN menegurnya. Cara menegur Yunus pun dilakukan dengan cara yang unik. Pertama-tama ia harus ditelan oleh ikan besar (dag gadol), selanjutnya ia ditegur dengan pohon jarak (qiqayon).</div><div><br /></div><div>Teguran TUHAN kepada Yunus menjadi sindiran terhadap keberagamaan Israel. Melalui cerita Yunus, umat Israel (dan kita sebagai pembaca) diminta untuk mengubah spirit keberagamaan kita, dari eksklusivitas yang buta (fanatik) menjadi inklusif. Sebab, penganugerahan gelar “umat pilihan” bukanlah suatu bentuk pemberian superioritas, melainkan lebih sebagai pemberian tanggung jawab untuk mewartakan keselamatan kepada siapapun, tanpa pandang bulu.</div><div><br /></div><div>Pertanyaan TUHAN dalam Yunus 4:10-11 seharusnya menyentuh relung keberagamaan kita, “Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikitpun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula. Bagaimana tidak AKU (TUHAN) akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri...?” []</div><div><br /></div><div><i>* ditulis untuk Majalah SUKA</i></div>Ohavhttp://www.blogger.com/profile/02993583230393013301noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1000648285419600738.post-5454038825712482622009-06-04T18:53:00.002+07:002009-06-04T19:09:04.827+07:00Lucifer itu Baik<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://2.bp.blogspot.com/__c81R_16UiQ/Sie5L93NPlI/AAAAAAAAABQ/hqewUa1pCRk/s1600-h/lucifer.jpg"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 298px; height: 320px;" src="http://2.bp.blogspot.com/__c81R_16UiQ/Sie5L93NPlI/AAAAAAAAABQ/hqewUa1pCRk/s320/lucifer.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5343443098134199890" /></a><br /><span class="Apple-style-span" style=" white-space: pre-wrap; "><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Who is </span><i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Lucifer</span></i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">?</span></span><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap;"><br /></span></div><div><div><span class="Apple-style-span" style=" white-space: pre-wrap; "><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Dalam Bahasa Latin, </span><i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Lucifer </span></i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">berasal dari kata </span><i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">lucis </span></i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">artinya "terang atau sinar atau cahaya" dan </span><i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">ferre </span></i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">artinya "membawa"</span></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap;"><br /></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap; "><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Jadi, </span><i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Lucifer </span></i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">artinya "pembawa terang" atau "pembawa sinar" atau "pembawa cahaya"</span></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap;"><br /></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap; ">Sang Bintang Pagi yang juga disebut Bintang Timur.</span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap;"><br /></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap; "><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Kenapa kita berpandangan bahwa </span><i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Lucifer </span></i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">itu adalah setan???</span></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap;"><br /></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap; "><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Lagi-lagi dogma yang harus diluruskan! Menurutku sih </span><i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Lucifer </span></i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">bukan malaikat yang menjadi setan, tapi manusia yang membuat </span><i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Lucifer </span></i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">jadi setan heheee</span></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap;"><br /></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap; "><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Ini hasil "olahan" para teolog Kristen mula-mula yang berangkat dari legenda Yahudi tentang </span><i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Samael</span></i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">, sang pemimpin malaikat, yang kemudian disebut "Malaikat Maut"</span></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap;"><br /></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap; "><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Menurut legenda Yahudi, </span><i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Samael</span></i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"> dulunya adalah pemimpin Langit Kelima yang memiliki dua juta anak buah, semuanya malaikat. Ia tinggal di Langit Ketujuh dan dia termasuk dalam tujuh pengawas dunia.</span></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap;"><br /></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap; "><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Dalam legenda Yahudi tentang Adam dan Hawa diceritakan bahwa ada malaikat penghianat yang menggoda Hawa. Nama malaikat itu adalah </span><i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Gadreel</span></i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">, tapi menurut sebagian penafsir Yahudi, </span><i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Gadreel</span></i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"> adalah </span><i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Samael</span></i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">. Kata "lucifer" dipake untuk menerjemahkan kata "Bintang Timur" (Ibrani: </span><i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">helel</span></i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">) dalam Yes. 14:12 di dalam Alkitab Vulgata (Bahasa Latin).</span></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap;"><br /></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap; ">Tapi sebenarnya bukan hanya di Yes. 14:12 terdapat kata "lucifer" dalam Vulgata</span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap;"><br /></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap; ">Dalam 2Petrus 1:19 juga terdapat kata "lucifer"</span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap;"><br /></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap; "><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">2Petrus 1:19 versi Vulgata: "</span><i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">et habemus firmiorem propheticum sermonem cui bene facitis adtendentes quasi lucernae lucenti in caliginoso loco donec dies inlucescat et </span><b><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">lucifer</span></b><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"> oriatur in cordibus vestris</span></i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">"</span></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap;"><br /></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap; "><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">[TB-LAI: "Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan </span><i><b><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">bintang timur</span></b></i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"> terbit bersinar di dalam hatimu."]</span></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap;"><br /></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap; ">Juga di Ayub 11:17</span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap;"><br /></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap; "><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">"</span><i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">et quasi meridianus fulgor consurget tibi ad vesperam et cum te consumptum putaveris orieris ut </span><b><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">lucifer</span></b></i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">"</span></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap;"><br /></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap; "><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">[TB-LAI: "Kehidupanmu akan menjadi lebih cemerlang dari pada siang hari, kegelapan akan menjadi terang seperti </span><b><i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">pagi hari</span></i></b><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">"]</span></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap;"><br /></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap; "><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Lihat dua ayat itu, kata "lucifer" justru digunakan dalam makna positif dalam teks Vulgata. Hanya dalam Yes. 14:12 saja digunakan dalam makna negatif, itu pun sebenarnya berisi teguran terhadap raja Babel (Yes. 14:4) bukan tentang setan, iblis atau anti-Kris. </span></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap;"><b><br /></b></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap; "><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"></span><b><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Azazel</span></b><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"> </span></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap;"><i><br /></i></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap; "><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"></span><i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Azazel </span></i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">itu adalah sosok misterius dalam literatur-literatur Yahudi. Dia selalu dihubungkan dengan ritual </span><i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Yom Kippur </span></i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">(Hari Pendamaian) sebagaimana naskah Imamat 16 yang </span><a href="http://groups.yahoo.com/group/GeTT/message/15695" target="_blank"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Bro Lucky</span></a><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"> kutip.</span></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap;"><br /></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap; "><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Dia diyakini sebagai kekuatan jahat yang paling kuat yang turun dari pegunungan, tapi tidak ada teks yang menghubungkan dia dengan </span><i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Lucifer</span></i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">.</span></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap;"><br /></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap; "><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Kalau saya berkesimpulan, iblis yang bernama </span><i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Lucifer</span></i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"> itu tidak ada.</span></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap;"><br /></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap; "><i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Lucifer</span></i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"> itu hanya di-"ada-ada"-kan saja dalam dogma klasik gereja, dan bertambah besar ketika KJV mempertahankan teks Vulgata untuk kata </span><i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Lucifer</span></i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"> ini. Padahal, dalam Yes. 14:12 sudah jelas-jelas bahwa yang dimaksud sebagai "Lucifer" (Ibrani: </span><i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">helel</span></i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">) bukanlah iblis atau malaikat jahat, tapi "raja Babel" (lihat Yes. 14:4).</span></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap;"><br /></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap; "><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Jadi, </span><i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Lucifer</span></i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"> adalah simbol untuk raja Babel, bukan simbol untuk Iblis.</span></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap;"><br /></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap; "><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Karena itu, gak usah dibanding-bandingkan dengan nama-nama penghulu malaikat yang dipercaya dalam legenda Yahudi. Terlalu berlebihan menyandingkan </span><i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Lucifer</span></i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"> dengan penghulu malaikat.</span></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap;"><br /></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap; "><i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Lucifer</span></i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"> dapat digunakan untuk makna positif seperti dalam 2Petrus 1:19 "Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan </span><i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">lucifer</span></i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"> terbit bersinar di dalam hatimu" [] </span></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap;"><i><br /></i></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="white-space: pre-wrap; "><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;"></span><i><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">* catatan ringan diskusi di milis GETT</span></i></span></div></div>Ohavhttp://www.blogger.com/profile/02993583230393013301noreply@blogger.com17tag:blogger.com,1999:blog-1000648285419600738.post-68054542904206493662009-06-04T18:17:00.001+07:002009-06-04T18:26:34.342+07:00Perang dalam Kekristenan<b>Militarisme </b><p class="MsoBodyText">Adanya kepercayaan bahwa gereja adalah Laskar Kristus secara harafiah, dengan demikian penggunaan kekuatan penuh terhadap orang-orang yang tidak percaya menjadi salah satu syarat untuk menjadi pengikut Yesus. Tujuannya adalah menciptakan dunia ini menjadi tempat bagi Kekristenan.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="mso-ansi-language: IN">Teori ini tidak berkembang dengan baik.</span></p><b> Pasifisme </b><p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="mso-ansi-language: IN">Seorang pasifis meyakini bahwa Tuhan mengutuk perang dengan alasan apapun selama Ia belum mengumpulkan malaikat-Nya untuk menjalankan eksekusi.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="mso-ansi-language: IN">Dasar konsep ini adalah Mat. 5:38-39, 43-45. Kalangan pasifis mengatakan bahwa pembalasan itu menjadi hak Tuhan bukan anak-anak-Nya.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="mso-ansi-language: IN">Banyak kalangan pasifis menggunakan khotbah di bukit untuk membangun semangat anti-kekerasan. Semangat tanpa resistensi dan tanpa kekerasan ini telah dicontohkan oleh Yesus sendiri, dan inilah yang menjadi jalan salib yang harus ditempuh oleh setiap orang percaya.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="mso-ansi-language: IN">Kekerasan secara absolut adalah suatu bentuk inkonsistensi terhadap Hukum Kasih. Myron Augsberger bertanya, “Bagaimana mungkin kita membunuh orang lain yang untuknya Yesus telah mati?”</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="mso-ansi-language: IN">Dalam pandangan ini dikatakan bahwa lebih baik kita menderita daripada menyebabkan orang lain menderita, sebagaimana Yesus lebih memilih mati di kayu salib daripada memerintahkan pengikut-pengikut-Nya untuk angkat senjata.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="mso-ansi-language: IN">Lebih jauh kekerasan adalah hasil dari penyembahan berhala, sebagaimana Stanley Hauerwas mengatakan bahwa ada dosa kita yang tersisip pada benda-benda yang membutuhkan penggunaan kekerasan untuk mempertahankannya.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="mso-ansi-language: IN">Teori ini berkembang selama 2 abad hingga adanya konversi Konstantinus. Sejak Konstantinus menjadi Kristen, banyak orang Kristen mengabdikan diri sebagai tentara.</span></p><b> Teori “Just War” </b><p class="MsoBodyText">Teori ini merupakan teori yang paling populer, yang mengatakan bahwa ada kesempatan-kesempatan tertentu dimana perang itu dijustifikasi sejauh aturan-aturannya diikuti. Aturan-aturan itu ditulis pertama kali oleh Augustinus sekitar tahun 400 M. Ia mengatakan bahwa perdamaian tidak diupayakan dalam rangka membangkitkan perang, tapi perang dikumandangkan dalam rangka mencapai perdamaian.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="mso-ansi-language: IN">Teori <i>just war</i> berangkat dari pendekatan “hukum alami moralitas”, dimana menurut hukum ini, semua orang mengetahui bahwa beberapa bagian dari tingkah laku adalah tak bermoral, tidak respektif terhadap loyalitas agamanya.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="mso-ansi-language: IN">Prinsipnya bahwa keadilanlah yang harus membimbing manusia. Tetapi bukan hanya keadilan, kasih pun harus menjadi motif perang.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="mso-ansi-language: IN"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="mso-ansi-language: IN">Ada beberapa alasan perang itu dijustifikasi:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:18.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l1 level1 lfo2;tab-stops:list 18.0pt"><span style="mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore">1.<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><i><span style="mso-ansi-language:IN">Just war</span></i><span style="mso-ansi-language: IN"> harus memiliki <i>just cause</i>. Perang hanya diizinkan untuk menahan agresi dan membela para korban, bukan untuk melakukan agresi<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:18.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l1 level1 lfo2;tab-stops:list 18.0pt"><span style="mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore">2.<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><i><span style="mso-ansi-language:IN">Just war</span></i><span style="mso-ansi-language: IN"> harus memiliki <i>just intent</i>. Mempertahankan keadilan adalah satu-satunya motif yang diterima<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoBodyText" style="margin-left:18.0pt;text-indent:-18.0pt;mso-list: l1 level1 lfo2;tab-stops:list 18.0pt"><span style="mso-list:Ignore">3.<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span><i>Just war</i> haruslah menjadi upaya terakhir. Artinya segala bentuk resolusi telah gagal atau ditolak</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:18.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l1 level1 lfo2;tab-stops:list 18.0pt"><span style="mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore">4.<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><i><span style="mso-ansi-language:IN">Just war</span></i><span style="mso-ansi-language: IN"> haruslah memiliki legitimasi otoritas. Dalam kasus AS, haruslah seizin Kongres.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:18.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l1 level1 lfo2;tab-stops:list 18.0pt"><span style="mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore">5.<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><i><span style="mso-ansi-language:IN">Just war</span></i><span style="mso-ansi-language: IN"> haruslah memiliki batas atau tujuan-tujuan yang harus dicapai. Pembantaian musuh atau penghancuran total terhadap suatu peradaban tidak dibenarkan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:18.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l1 level1 lfo2;tab-stops:list 18.0pt"><span style="mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore">6.<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><i><span style="mso-ansi-language:IN">Just war</span></i><span style="mso-ansi-language: IN"> haruslah proporsional. Pencapaian yang baik haruslah ada jaminan hidup<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:18.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l1 level1 lfo2;tab-stops:list 18.0pt"><span style="mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore">7.<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><i><span style="mso-ansi-language:IN">Just war</span></i><span style="mso-ansi-language: IN"> harus menyediakan kekebalan terhadap pertempuran. Perang tidak boleh ditujukan kepada warga sipil tapi harus meminimalisasi jatuhnya korban sipil.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="mso-ansi-language: IN"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="mso-ansi-language: IN">Teori <i>just war</i> ditarik kembali ke pengajaran Perjanjian Lama dan pengajaran etika Yunani dan Romawi. Inti-inti ajaran itu kemudian dikristenkan oleh Augustinus dan disistematisasikan oleh Thomas Aquinas pada abad ke-13, yang kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Fransisco de Vitoria pada abad ke-16. Konsep ini kemudian disahkan oleh tokoh-tokoh Reformasi. Konsep ini dipertahankan oleh mayoritas Katolik Roma dan Protestan sampai saat ini.</span></p><b> Realisme Kristen </b><p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="mso-ansi-language: IN">Pandangan ini dikemukakan oleh Reinhold Niebuhr.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="mso-ansi-language: IN">Prinsip-prinsip dari pandangan ini adalah:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:18.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l0 level1 lfo1;tab-stops:list 18.0pt"><span style="mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore">1.<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><span style="mso-ansi-language:IN">Manusia adalah berdosa - tidak ada bagian dari manusia yang bebas dari sentuhan dosa.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:18.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l0 level1 lfo1;tab-stops:list 18.0pt"><span style="mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore">2.<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><span style="mso-ansi-language:IN">Perang adalah iblis - perang selalu merupakan dampak dari dosa manusia.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:18.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l0 level1 lfo1;tab-stops:list 18.0pt"><span style="mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore">3.<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><span style="mso-ansi-language:IN">Perang mungkin saja dibutuhkan - untuk menghadapi iblis yang lebih besar.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="mso-ansi-language: IN">Niebuhr mengatakan bahwa pandangan pasifis keliru, sebab kita kadang kala membutuhkan kekerasan untuk melawan musuh kita.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="mso-ansi-language: IN">Dampaknya bahwa perang itu kadang kala dibutuhkan, tapi bukan berarti perang itu bukan dosa. Perang, sekalipun dilakukan dengan terpaksa, tetaplah merupakan perbuatan dosa. []<o:p></o:p></span></p>Ohavhttp://www.blogger.com/profile/02993583230393013301noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1000648285419600738.post-80650218267708435532009-06-04T18:15:00.001+07:002009-06-04T18:15:54.647+07:00Nama YHWH<p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:27.0pt"><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language: IN">Asal nama YHWH merupakan polemik yang cukup panjang di kalangan para teolog. Von Bohlen dalam bukunya berjudul <i style="mso-bidi-font-style:normal">Genesis</i> mengatakan bahwa nama <i style="mso-bidi-font-style:normal">Yahweh</i> diadopsi oleh orang Yahudi dari bangsa Kanaan. Pendapat von Bohlen ini didukung oleh Von der Alm (</span><i style="mso-bidi-font-style:normal"><span style="font-size: 10.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language:IN">Theol. Briefe</span></i><span style="font-size:10.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language: IN">, I, 1862, hlm. 524-527</span><span style="font-size:11.5pt;font-family: "Book Antiqua","serif";mso-ansi-language:IN">), Colenso (</span><i style="mso-bidi-font-style:normal"><span style="font-size:10.0pt;font-family: "Book Antiqua","serif";mso-ansi-language:IN">The Pentateuch</span></i><span style="font-size:10.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language: IN">, V, 1865, hlm. 269-284</span><span style="font-size:11.5pt;font-family: "Book Antiqua","serif";mso-ansi-language:IN">), dan Goldziher (</span><i style="mso-bidi-font-style:normal"><span style="font-size:10.0pt;font-family: "Book Antiqua","serif";mso-ansi-language:IN">Der Mythus bei den Hebräern</span></i><span style="font-size:10.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language: IN">, 1867, hlm. 327</span><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN">). Namun, kemudian ditentang oleh Kuenen (</span><span style="font-size:10.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language: IN">“De Godsdienst van Israel”, I, <i style="mso-bidi-font-style:normal">Haarlem</i>, 1869, hlm. 379-401</span><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN">) dan Baudissin (</span><i style="mso-bidi-font-style: normal"><span style="font-size:10.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN">Studien</span></i><span style="font-size:10.0pt; font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language:IN">, I, hlm. 213-218</span><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language: IN">). Alasannya sangat sederhana bahwa mustahil nama ilah sebuah bangsa yang menjadi musuh bebuyutan kemudian diadopsi menjadi nama yang sangat mendominasi Yudaisme kemudian.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:27.0pt"><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language: IN">Vatke (</span><i style="mso-bidi-font-style:normal"><span style="font-size: 10.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language:IN">Die Religion des Alten Test</span></i><span style="font-size:10.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN">., 1835, hlm. 672</span><span style="font-size:11.5pt; font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language:IN">) dan J.G. Müller (</span><i style="mso-bidi-font-style:normal"><span style="font-size:10.0pt;font-family: "Book Antiqua","serif";mso-ansi-language:IN">Die Semiten in ihrem Verhältniss zu Chamiten und Japhetiten</span></i><span style="font-size:10.0pt;font-family: "Book Antiqua","serif";mso-ansi-language:IN">, 1872, hlm. 163</span><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language: IN">) kemudian memberi pendapat yang berbeda. Keduanya berpendapat bahwa nama <i style="mso-bidi-font-style:normal">Yahweh</i> berasal dari Indo-Eropa (<i style="mso-bidi-font-style:normal">Dyaus</i>). Pendapat ini tidak dapat diterima oleh banyak pakar dan dianggap merupakan suatu bentuk pemaksaan istilah.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:27.0pt"><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language: IN">Pendapat yang kemudian banyak dipegang adalah bahwa nama <i style="mso-bidi-font-style:normal">Yahweh</i> berasal dari Mesir. Pendapat ini banyak didukung oleh para sarjana sebab Musa sendiri merupakan seorang pemimpin Ibrani yang tumbuh dan dididik di Mesir. Namun, argumen-argumen yang diberikan masih banyak diragukan:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:18.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l3 level1 lfo1;tab-stops:list 18.0pt"><span style="font-size:11.5pt;font-family:Symbol;mso-fareast-font-family:Symbol; mso-bidi-font-family:Symbol;mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore">·<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN">Röth (</span><i style="mso-bidi-font-style:normal"><span style="font-size:10.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language: IN">Die Aegypt. und die Zoroastr. Glaubenslehre</span></i><span style="font-size:10.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language: IN">, 1846, hlm. 175</span><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN">) mengatakan bahwa nama itu berakar dari nama dewa bulan Mesir <i style="mso-bidi-font-style:normal">Ih </i>atau <i style="mso-bidi-font-style: normal">Ioh</i>.<br />Pierret (</span><span style="font-size:10.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN">“Vocabul. Hiérogl.”, 1875, hlm. 44</span><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language: IN">) menolak argumen ini dengan mengatakan bahwa tidak ada hubungannya antara dewa bulan Mesir dengan <i style="mso-bidi-font-style:normal">Yahweh</i> Ibrani.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:18.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l3 level1 lfo1;tab-stops:list 18.0pt"><span style="font-size:11.5pt;font-family:Symbol;mso-fareast-font-family:Symbol; mso-bidi-font-family:Symbol;mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore">·<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN">Plutarch (</span><i style="mso-bidi-font-style:normal"><span style="font-size:10.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language: IN">De Iside</span></i><span style="font-size:10.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN">, 9</span><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN">) mencoba membuktikan dengan ditemukannya sebuah patung Athene (Neith) di Sais dimana terdapat sebuah inskripsi bertuliskan “Aku adalah segala sesuatu yang telah, sedang, dan akan ada.” Argumen ini pun dibantah oleh Tholuck (</span><i style="mso-bidi-font-style:normal"><span style="font-size: 10.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language:IN">Vermischte Schriften</span></i><span style="font-size:10.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN">, I, hlm. 189-205).</span><span style="font-size:11.5pt; font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language:IN"> Menurut Tholuck, arti dari inskripsi tersebut berbeda dengan arti nama <i style="mso-bidi-font-style: normal">Yahweh</i>.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:18.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l3 level1 lfo1;tab-stops:list 18.0pt"><span style="font-size:11.5pt;font-family:Symbol;mso-fareast-font-family:Symbol; mso-bidi-font-family:Symbol;mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore">·<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN">Kalimat kuno Mesir, <i style="mso-bidi-font-style:normal">“nuk pa nuk</i>” juga dijadikan argumen karena memiliki kemiripan dengan kalimat <i style="mso-bidi-font-style:normal">“ehye asher ehye</i>” dalam Bahasa Ibrani. Namun, argumen ini juga dianggap lemah sebab menurut Le Page Renouf (</span><span style="font-size:10.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language: IN">Hibbert Lectures for 1879, hlm. 244</span><span style="font-size:11.5pt; font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language:IN">), istilah <i style="mso-bidi-font-style:normal">nuk pa nuk</i> sebenarnya berarti “Ini adalah aku yang...”<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:27.0pt"><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language: IN"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:27.0pt"><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language: IN">Pendapat lain yang juga dibantah adalah pendapat bahwa nama YHWH berasal dari Kaldea atau Akkadian:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:18.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l1 level1 lfo2;tab-stops:list 18.0pt"><span style="font-size:11.5pt;font-family:Symbol;mso-fareast-font-family:Symbol; mso-bidi-font-family:Symbol;mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore">·<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN">Menurut Delitzsch (</span><span style="font-size:10.0pt; font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language:IN">“Wo lag das Paradies”, 1881, hlm. 158-164</span><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN">), <i style="mso-bidi-font-style:normal">Yahweh</i> dikatakan merupakan nama penting dewa nasional. Nama dewa itu adalah <i style="mso-bidi-font-style:normal">Yahu </i>atau <i style="mso-bidi-font-style: normal">Yah</i>, dimana huruf <i style="mso-bidi-font-style:normal">i </i>menjadi elemen penting pada nama itu. Pendapat ini disangkal dengan alasan bahwa <i style="mso-bidi-font-style:normal">Yah</i> hanyalah sebuah nama puitis bagi <i style="mso-bidi-font-style:normal">Yahweh</i> dalam alkitab, sementara <i style="mso-bidi-font-style:normal">Yahu</i> tidak pernah muncul dalam Alkitab. Kata <i style="mso-bidi-font-style:normal">Yahu </i><span style="mso-spacerun:yes"> </span>justru muncul dalam inskripsi Mesa (baris 18) yang diperkirakan berasal dari abad ke-9 SM.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:18.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l1 level1 lfo2;tab-stops:list 18.0pt"><span style="font-size:11.5pt;font-family:Symbol;mso-fareast-font-family:Symbol; mso-bidi-font-family:Symbol;mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore">·<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><i style="mso-bidi-font-style:normal"><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language: IN">Yahu </span></i><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN">dan <i style="mso-bidi-font-style:normal">Yah</i> sangat dikenal di luar Israel, sehingga ada dugaan bahwa nama <i style="mso-bidi-font-style: normal">Yahweh</i> diadopsi dari kedua nama itu. Menurut Schrader (</span><span style="font-size:10.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language: IN">“Bibl. Bl.”, II, p. 42, 56</span><span style="font-size:11.5pt;font-family: "Book Antiqua","serif";mso-ansi-language:IN">), Sargon (</span><span style="font-size:10.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language: IN">“Cylinder”, xxv</span><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN">) dan Keil (</span><span style="font-size:10.0pt; font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language:IN">“Fastes”, I. 33</span><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language: IN">), variasi nama Raja Hammath menunjukkan bahwa <i style="mso-bidi-font-style: normal">Ilu</i> sama dengan <i style="mso-bidi-font-style:normal">Yau</i>, dan bahwa <i style="mso-bidi-font-style:normal">Yau</i> adalah nama dewa. Pembuktian ini sulit diterima sebab nama-nama asing yang mengandung nama dewa itu sangat diragukan, apalagi menggunakan nama dewa dianggap pelecehan bagi kebanyakan bangsa asing.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:18.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l1 level1 lfo2;tab-stops:list 18.0pt"><span style="font-size:11.5pt;font-family:Symbol;mso-fareast-font-family:Symbol; mso-bidi-font-family:Symbol;mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore">·<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN">Delitzsch (</span><span style="font-size:10.0pt; font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language:IN">“Lesestücke”, 3rd ed., 1885, hlm. 42</span><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN">) dan Syllab (</span><span style="font-size:10.0pt; font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language:IN">A, col. I, 13-16</span><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language: IN">) kemudian mengatakan bahwa di antara masyarakat Babilonia pra-Semitik, <i style="mso-bidi-font-style:normal">i </i>merupakan singkatan dari <i style="mso-bidi-font-style:normal">Ilu</i>, dewa tertinggi. Pada periode Assyria menjadi <i style="mso-bidi-font-style:normal">Yau</i>. Hommel (</span><i style="mso-bidi-font-style:normal"><span style="font-size:10.0pt;font-family: "Book Antiqua","serif";mso-ansi-language:IN">Altisrael. Ueberlieferung</span></i><span style="font-size:10.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language: IN">, 1897, hlm. 144, 225</span><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN">) sangat yakin dengan argumen ini dan mengatakan bahwa <i style="mso-bidi-font-style:normal">Yau </i>adalah dewa yang mewakili ideografis (<i style="mso-bidi-font-style:normal">ilu</i>) <i style="mso-bidi-font-style: normal">A-a</i>, tapi diucapkan <i style="mso-bidi-font-style:normal">Malik</i>, yang merupakan bentuk ekspresi yang seharusnya dibaca <i style="mso-bidi-font-style: normal">Ai </i>atau <i style="mso-bidi-font-style:normal">Ia </i>(<i style="mso-bidi-font-style:normal">Ya</i>). Para bapak leluhur mengembangkan nama ini dan Musa meminjam kemudian mentransformasikan nama itu menjadi <i style="mso-bidi-font-style:normal">Yahweh</i>. Pendapat ini dibantah oleh Lagrange (</span><span style="font-size:10.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN">Religion semitique, 1905, hlm. 100 dyb</span><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language: IN">). Ia menggarisbawahi bahwa orang-orang Yahudi tidak percaya bahwa mereka menyerahkan anaknya kepada <i style="mso-bidi-font-style:normal">Yahweh</i> sama seperti menyerahkan kepada <i style="mso-bidi-font-style:normal">Malik</i>. Yer. 32:35 dan Sof. 1:5 dengan tegas membedakan antara <i style="mso-bidi-font-style: normal">Malik</i> dengan Allah Ibrani.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="font-size:11.5pt; font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language:IN"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:27.0pt"><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language: IN">Pandangan bahwa nama YHWH murni berasal dari tradisi Ibrani merupakan pandangan yang dianggap paling memuaskan. Para ahli, seperti Nicholas Lyra, Tostatus, Cajetan, Bonfr</span><span style="font-size:11.5pt;mso-ansi-language: IN">è</span><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN">re, dsb, menjadikan Kel. 6:2-8 sebagai dasar pemikiran mereka. Menurut mereka, nama YHWH pertama kali digunakan oleh Musa di Gunung Horeb.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:27.0pt"><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language: IN">Pendapat ini diragukan oleh Robion (</span><span style="font-size:10.0pt; font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language:IN">“la Science cathol.”, 1888, hlm. 618-24</span><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN">), Delattre, van Kasteren, dan Robert (</span><span style="font-size:10.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language: IN">“Revue biblique”, 1894, pp. 161-81</span><span style="font-size:11.5pt; font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language:IN">). Menurut mereka, frase “belum menyatakan diri” dalam Kel. 6:3 bukan berarti bahwa nama itu belum digunakan. Maksud ayat tersebut bahwa YHWH belum menyatakan makna dari nama itu kepada Abraham, Ishak, dan Yakub. Kepada Musalah makna nama itu dinyatakan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:27.0pt"><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language: IN">Ada dugaan bahwa nama YHWH telah muncul jauh sebelum Musa namun dalam bentuk yang berbeda. Di Gunung Horeblah bentuk akuratnya menjadi jelas.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:18.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l2 level1 lfo3;tab-stops:list 18.0pt"><span style="font-size:11.5pt;font-family:Symbol;mso-fareast-font-family:Symbol; mso-bidi-font-family:Symbol;mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore">·<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN">Kej. 4:26 mengatakan bahwa manusia mulai memanggil nama YHWH pada periode Enos.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:18.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l2 level1 lfo3;tab-stops:list 18.0pt"><span style="font-size:11.5pt;font-family:Symbol;mso-fareast-font-family:Symbol; mso-bidi-font-family:Symbol;mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore">·<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN">Yokhebed, ibu Musa, menggunakan singkatan <i style="mso-bidi-font-style:normal">Yo</i> dari YHWH.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:18.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l2 level1 lfo3;tab-stops:list 18.0pt"><span style="font-size:11.5pt;font-family:Symbol;mso-fareast-font-family:Symbol; mso-bidi-font-family:Symbol;mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore">·<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN">Ada 163 nama diri yang menggunakan elemen nama YHWH dalam komposisi nama mereka, 48 menggunakan <i style="mso-bidi-font-style:normal">yeho </i>atau <i style="mso-bidi-font-style:normal">yo</i> di awal nama, sementara 115 menggunakan <i style="mso-bidi-font-style:normal">yahu </i>atau <i style="mso-bidi-font-style:normal">yah</i> di akhir nama mereka, sedangkan bentuk <i style="mso-bidi-font-style:normal">Yahweh</i> tidak ditemukan sama sekali. Karena itu, ada dugaan bahwa bentuk <i style="mso-bidi-font-style:normal">Yeho</i>, <i style="mso-bidi-font-style:normal">Yo</i>, <i style="mso-bidi-font-style: normal">Yahu</i>, dan <i style="mso-bidi-font-style:normal">Yah</i> adalah nama ilahi yang pernah eksis di kalangan Israel sebelum bentuk YHWH itu muncul.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="font-size:11.5pt; font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language:IN"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:27.0pt"><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language: IN">Kel. 6:2-8 kemungkinan merupakan jawaban Allah atas pergumulan Musa dalam Kel. 3:13. Persoalannya, dalam Kel. 3:14 dan 15, Allah memperkenalkan diri dengan tiga nama penting untuk satu pertanyaan Musa “</span><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-bidi-font-family: Georgia;mso-ansi-language:IN">Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya? --apakah yang harus kujawab kepada mereka?</span><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN">”:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:18.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l0 level1 lfo4;tab-stops:list 18.0pt"><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-fareast-font-family: "Book Antiqua";mso-bidi-font-family:"Book Antiqua";mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore">1.<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><i style="mso-bidi-font-style:normal"><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language: IN">`HYH `SHR `HYH</span></i><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN"> (</span><span lang="HE" dir="RTL" style="font-size:11.0pt; font-family:"TITUS Cyberbit Basic","serif";mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-language:HE">אהיה אשׁר אהיה</span><span dir="LTR"></span><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language: IN"><span dir="LTR"></span>) diterjemahkan “AKU ADALAH AKU” <i style="mso-bidi-font-style: normal">(ehye asher ehye)</i> merupakan jawaban Allah pertama ketika Musa menanyakan nama-Nya. Bentuk kalimat ini tidaklah sempurna, secara harafiah berarti “ADA/BERADA/ADALAH (<i style="mso-bidi-font-style:normal">ehye</i>) YANG/YAITU/SEBAB (<i style="mso-bidi-font-style:normal">asher</i>) ADA/BERADA/ADALAH (<i style="mso-bidi-font-style:normal">ehye</i>).” <span style="mso-spacerun:yes"> </span>Hanya beberapa ahli yang mengakui bahwa itu adalah nama Allah yang sebenarnya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:18.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l0 level1 lfo4;tab-stops:list 18.0pt"><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-fareast-font-family: "Book Antiqua";mso-bidi-font-family:"Book Antiqua";mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore">2.<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><i style="mso-bidi-font-style:normal"><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language: IN">`HYH</span></i><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN"> <span style="mso-spacerun:yes"> </span>(</span><span lang="HE" dir="RTL" style="font-size:11.0pt;font-family:"TITUS Cyberbit Basic","serif"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";mso-bidi-language:HE">אהיה</span><span dir="LTR"></span><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN"><span dir="LTR"></span>) diterjemahkan “AKULAH AKU” <i style="mso-bidi-font-style:normal">(ehye)</i>, bentuknya sama dengan yang pertama, semestinya berarti “ADA/BERADA/ADALAH.” Kata <i style="mso-bidi-font-style: normal">`HYH</i> muncul sebanyak 1961 kali dalam PL dan diterjemahkan “AKU ADALAH” hanya dalam Kel. 3:14 ini, karenanya terkesan dipaksakan untuk diterjemahkan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:18.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l0 level1 lfo4;tab-stops:list 18.0pt"><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-fareast-font-family: "Book Antiqua";mso-bidi-font-family:"Book Antiqua";mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore">3.<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><i style="mso-bidi-font-style:normal"><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language: IN">YHWH</span></i><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN"> (</span><span lang="HE" dir="RTL" style="font-size:11.0pt; font-family:"TITUS Cyberbit Basic","serif";mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-language:HE">יהוה</span><span dir="LTR"></span><span style="font-size: 11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language:IN"><span dir="LTR"></span>) muncul sebanyak 5000 kali dalam PL dan tidak pernah diterjemahkan. Tradisi Ibrani menolak untuk menyebutkan nama suci ini, sehingga ketika Bahasa Ibrani tidak lagi menjadi <i style="mso-bidi-font-style:normal">lingua franca</i>, cara penyebutan YHWH pun dilupakan. Kaum Masoret pernah mencoba memasukkan vokal Adonai ke dalam YHWH sehingga muncul penyebutan <i style="mso-bidi-font-style: normal">Yahowah</i>, namun model ini tidak banyak digunakan. Bapak-bapak gereja sendiri berbeda pendapat mengenai penyebutan tersebut, setidaknya ada sebelas bentuk yang bisa dikemukakan:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:36.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l0 level2 lfo4;tab-stops:list 36.0pt"><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-fareast-font-family: "Book Antiqua";mso-bidi-font-family:"Book Antiqua";mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore">-<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN">Diodorus Siculus menulis <i style="mso-bidi-font-style: normal">Yao</i> (</span><span style="font-size:10.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN">I, 94</span><span style="font-size:11.5pt;font-family: "Book Antiqua","serif";mso-ansi-language:IN">);<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:36.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l0 level2 lfo4;tab-stops:list 36.0pt"><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-fareast-font-family: "Book Antiqua";mso-bidi-font-family:"Book Antiqua";mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore">-<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN">Irenaeus (</span><span style="font-size:10.0pt; font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language:IN">“Adv. Haer.”, II, xxxv, 3, dalam P. G., VII, kol. 840</span><span style="font-size:11.5pt; font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language:IN">), <i style="mso-bidi-font-style:normal">Yaoth</i>; <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:36.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l0 level2 lfo4;tab-stops:list 36.0pt"><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-fareast-font-family: "Book Antiqua";mso-bidi-font-family:"Book Antiqua";mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore">-<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN">Kelompok Valentinian (</span><span style="font-size:10.0pt; font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language:IN">Ir., “Adv. Haer.”, I, iv, 1, dalam P.G., VII, kol. 481</span><span style="font-size:11.5pt; font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language:IN">), <i style="mso-bidi-font-style:normal">Yao</i>; <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:36.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l0 level2 lfo4;tab-stops:list 36.0pt"><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-fareast-font-family: "Book Antiqua";mso-bidi-font-family:"Book Antiqua";mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore">-<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN">Clement dari Aleksandria (</span><span style="font-size: 10.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language:IN">“Strom.”, V, 6, dalam P.G., IX, kol. 60</span><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN">), <i style="mso-bidi-font-style:normal">Yaou</i>; <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:36.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l0 level2 lfo4;tab-stops:list 36.0pt"><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-fareast-font-family: "Book Antiqua";mso-bidi-font-family:"Book Antiqua";mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore">-<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN">Origenes (</span><span style="font-size:10.0pt; font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language:IN">“in Joh.”, II, 1, dalam P.G., XIV, kol. 105</span><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN">), <i style="mso-bidi-font-style:normal">Yao</i>; <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:36.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l0 level2 lfo4;tab-stops:list 36.0pt"><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-fareast-font-family: "Book Antiqua";mso-bidi-font-family:"Book Antiqua";mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore">-<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN">Porfyrus (</span><span style="font-size:10.0pt; font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language:IN">Eus., “Praep. evang”, I, ix, dalam P.G., XXI, kol. 72</span><span style="font-size:11.5pt;font-family: "Book Antiqua","serif";mso-ansi-language:IN">), <i style="mso-bidi-font-style: normal">Yeuo</i>; <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:36.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l0 level2 lfo4;tab-stops:list 36.0pt"><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-fareast-font-family: "Book Antiqua";mso-bidi-font-family:"Book Antiqua";mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore">-<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN">Epifanius (</span><span style="font-size:10.0pt; font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language:IN">“Adv. Haer.”, I, iii, 40, dalam P.G., XLI, kol. 685</span><span style="font-size:11.5pt;font-family: "Book Antiqua","serif";mso-ansi-language:IN">), <i style="mso-bidi-font-style: normal">Ya</i> atau <i style="mso-bidi-font-style:normal">Yabe</i>; <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:36.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l0 level2 lfo4;tab-stops:list 36.0pt"><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-fareast-font-family: "Book Antiqua";mso-bidi-font-family:"Book Antiqua";mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore">-<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN">Pseudo-Yerome (</span><span style="font-size:10.0pt; font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language:IN">“Breviarium in Pss.”, dalam P.L., XXVI, 828</span><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN">), <i style="mso-bidi-font-style:normal">Yaho</i>; <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:36.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l0 level2 lfo4;tab-stops:list 36.0pt"><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-fareast-font-family: "Book Antiqua";mso-bidi-font-family:"Book Antiqua";mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore">-<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN">Kaum Samaritan (</span><span style="font-size:10.0pt; font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language:IN">Theodoret, dalam “Ex. quaest.”, xv, dalam P. G., LXXX, kol. 244</span><span style="font-size:11.5pt; font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language:IN">), <i style="mso-bidi-font-style:normal">Yabe</i>; <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:36.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l0 level2 lfo4;tab-stops:list 36.0pt"><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-fareast-font-family: "Book Antiqua";mso-bidi-font-family:"Book Antiqua";mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore">-<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN">James dari Edessa (</span><span style="font-size:10.0pt; font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language:IN">band. Lamy, “La science catholique”, 1891, hlm. 196</span><span style="font-size:11.5pt; font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language:IN">), <i style="mso-bidi-font-style:normal">Yehyeh</i>; <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:36.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l0 level2 lfo4;tab-stops:list 36.0pt"><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-fareast-font-family: "Book Antiqua";mso-bidi-font-family:"Book Antiqua";mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore">-<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN">Yerome (</span><span style="font-size:10.0pt;font-family: "Book Antiqua","serif";mso-ansi-language:IN">“Ep. xxv ad Marcell.”, dalam P. L., XXII, kol. 429</span><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN">) menolak mereka yang menulis nama ilahi dengan penulisan II I II I.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:18.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;tab-stops:18.0pt"><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN"><span style="mso-tab-count:1"> </span>Kaum Samaritan yang menyebut <i style="mso-bidi-font-style:normal">Yabe </i>dianggap mendekati keasliannya sehingga vokalnya kemudian diambil dan muncullah <i style="mso-bidi-font-style:normal">Yahweh</i> yang banyak digunakan sampai sekarang.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="font-size:11.5pt; font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language:IN"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:27.0pt"><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language: IN">Upaya melacak kembali penyebutan nama YHWH merupakan upaya yang sudah lama berkembang baik di kalangan Yahudi maupun di kalangan Kristen. Banyak sarjana tidak lagi mempersoalkan hal ini dan lebih memilih untuk bertahan dengan sebutan <i style="mso-bidi-font-style:normal">Yahweh</i>. Sebagian lagi menggunakan YHWH tanpa memasukkan vokal. Umumnya justru mengikuti tradisi Yahudi yang tidak menyebutkan nama itu bahkan tidak menyalinnya ke dalam bentuk lain (tetap mempertahankannya dalam teks Ibrani).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:27.0pt"><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language: IN">Para teolog kontemporer justru memilih untuk melihat esensi nama itu tanpa mempersoalkan penyebutan dan penulisannya. Menurut Robion, Delattre, van Kasteren, dan Robert makna penting di balik nama YHWH itu dapat dilihat dalam Kel. 6:2-8, dimana Allah dengan tegas menyatakan esensi dari nama itu. Menurut mereka, pada zaman para leluhur, Allah telah menyatakan diri sebagai Allah Yang Maha Kuasa, Allah Yang Maha Tinggi, <i style="mso-bidi-font-style:normal">Elohim Tseva’oth</i> (Allah Bala Tentara/Allah Yang Perkasa), maka kepada Musa, Allah menyatakan diri sebagai Allah Perjanjian, Allah yang senantiasa memegang janji-Nya, baik janji kepada para leluhur (Abraham, Ishak, dan Yakub), janji kepada Musa, maupun janji kepada keturunannya atau janji kepada umat-Nya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:27.0pt"><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language: IN">Furst </span><span lang="EN-GB" style="font-size:11.0pt;mso-bidi-font-size: 12.0pt">(</span><span style="font-size:10.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language:IN">“Vet. Test. Concordantiae”, Leipzig, 1840</span><span lang="EN-GB" style="font-size:11.0pt;mso-bidi-font-size:12.0pt">) </span><span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language: IN">melacak dari akar kalimat `HYH `SHR `HYH (<i style="mso-bidi-font-style: normal">ehye asher ehye</i>) dan menyebut bentuk ini sebagai <i>forma participialis imperfectiva</i><span style="mso-bidi-font-style:italic">, artinya YHWH adalah bentuk imperfek dari kata kerja “ada” dalam Bahasa Ibrani yang secara esensi menyatakan YHWH sebagai Sang <i>“Being”</i>. Kaum skolastik mengartikan YHWH dalam makna yang lebih dalam dengan mengatakan bahwa YHWH hanya bisa didefinisikan dengan <i>being</i>, murni dan sederhana, tidak lebih dan tidak kurang; bukan <i>being </i>abstrak yang lazim bagi semuanya, dan karakteristik ketiadaan dalam partikular, melainkan <i>being </i>absolut, samudera segala <i>being </i>yang substansial, bebas dari segala kausa (penyebab), tidak mungkin berubah, melampaui segala batas waktu, sebab Ia tidak berbatas: “<i>Alfa</i> dan <i>Omega</i>, Yang Awal dan Yang Akhir,... yang Ada, telah Ada, dan akan Ada, Yang Maha Kuasa” [</span></span><span style="font-size:10.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language: IN">(Apoc., i, 8). band. St. Thomas, I, qu. xiii, a. 14; Franzelin, “De Deo Uno” (3rd ed., 1883, thesis XXIII, pp. 279-86)</span><span style="font-size:11.5pt; font-family:"Book Antiqua","serif";mso-ansi-language:IN">].<o:p></o:p></span></p> <span style="font-size:11.5pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-fareast-font-family: "Times New Roman";mso-bidi-font-family:"Times New Roman";mso-ansi-language: IN;mso-fareast-language:EN-GB;mso-bidi-language:AR-SA">Intinya bahwa Allah telah menyatakan diri dalam banyak nama, masing-masing nama memiliki makna yang sangat esensial. Ia tidak terikat oleh sebuah nama sebab Ia tidak bisa dibatasi oleh apapun juga. Nama-nama Allah, selain mencerminkan makna yang esensial, juga menunjukkan karya Allah di dalam sejarah keselamatan manusia. Ia menyebut <i style="mso-bidi-font-style:normal">Elohim</i> karena karya Kemahakuasaan-Nya, <i style="mso-bidi-font-style:normal">YHWH </i>karena Kekekalan janji dan karya-Nya. Jadi, bukan komposisi huruf yang menyusun nama Allah yang penting, melainkan makna dibalik nama itu sendiri. []</span>Ohavhttp://www.blogger.com/profile/02993583230393013301noreply@blogger.com15tag:blogger.com,1999:blog-1000648285419600738.post-30337531107848657232009-06-04T18:14:00.001+07:002009-06-04T18:14:37.471+07:00Sakramentologi<p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><b style="mso-bidi-font-weight: normal"><span style="font-size:11.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; color:black">Pengertian Sakramen<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center"><span style="font-size:8.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";color:black"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:18.7pt"><span style="font-size:11.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";color:black">Kata “sakramen” berasal dari kata <i style="mso-bidi-font-style:normal">sacramentum</i> (Lat.) yang digunakan untuk menerjemahkan kata </span><span style="font-size: 11.0pt;font-family:Symbol;color:black">musthrion</span><span style="font-size: 11.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";color:black"> (Yun.)<a style="mso-footnote-id:ftn1" href="file:///D:/oyr79/Khayyal/Khayyal/Makalah/Sakramentologi.doc#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size:11.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; color:black;mso-ansi-language:IN;mso-fareast-language:EN-US;mso-bidi-language: AR-SA">[1]</span></span></span></span></a> ke dalam teks Vulgata (Ef. 5:32; Kol. 1:27;<span style="mso-spacerun:yes"> </span>1Tim. 3:16; Why. 1:20; 17:7)<a style="mso-footnote-id:ftn2" href="file:///D:/oyr79/Khayyal/Khayyal/Makalah/Sakramentologi.doc#_ftn2" name="_ftnref2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size:11.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; color:black;mso-ansi-language:IN;mso-fareast-language:EN-US;mso-bidi-language: AR-SA">[2]</span></span></span></span></a>. Kata <i style="mso-bidi-font-style: normal">sacramentum</i> pertama kali digunakan dalam literatur gereja oleh Tertullianus<a style="mso-footnote-id:ftn3" href="file:///D:/oyr79/Khayyal/Khayyal/Makalah/Sakramentologi.doc#_ftn3" name="_ftnref3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size:11.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-fareast-font-family: "Times New Roman";mso-bidi-font-family:"Times New Roman";color:black; mso-ansi-language:IN;mso-fareast-language:EN-US;mso-bidi-language:AR-SA">[3]</span></span></span></span></a> yang merujuk pada banyak elemen dalam gereja (termasuk trinitas). Tertullianus juga menggunakan istilah ini untuk menyebut soal baptisan dan perjamuan kudus (<i style="mso-bidi-font-style:normal">eukaristi</i>).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:18.7pt"><span style="font-size:11.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";color:black">Awalnya, kata <i style="mso-bidi-font-style:normal">sacramentum </i>merupakan istilah teknis dalam masyarakat Romawi yang berarti sumpah setia tentara Romawi kepada sang kaisar. Istilah ini kemudian berkembang menjadi istilah umum untuk sumpah apa saja dan kemudian diadopsi ke dalam lembaga keagamaan dengan makna “janji atau tanda.”<a style="mso-footnote-id:ftn4" href="file:///D:/oyr79/Khayyal/Khayyal/Makalah/Sakramentologi.doc#_ftn4" name="_ftnref4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size:11.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-fareast-font-family: "Times New Roman";mso-bidi-font-family:"Times New Roman";color:black; mso-ansi-language:IN;mso-fareast-language:EN-US;mso-bidi-language:AR-SA">[4]</span></span></span></span></a><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:18.7pt"><span style="font-size:11.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";color:black">Secara umum (bisa dikatakan sebagai definisi Kristen, baik Katolik maupun Protestan), “sakramen” didefinisikan sebagai “tanda lahiriah yang nampak, ditetapkan oleh Kristus, untuk menyatakan dan menjanjikan suatu berkat rohani.” Definisi ini dipengaruhi oleh pemikiran Augustinus (354-430) yang menyebut sakramen sebagai <i style="mso-bidi-font-style:normal">sacrum signum </i>(tanda suci) atau <i style="mso-bidi-font-style:normal">verbum visibile</i> (firman yang kelihatan).<a style="mso-footnote-id:ftn5" href="file:///D:/oyr79/Khayyal/Khayyal/Makalah/Sakramentologi.doc#_ftn5" name="_ftnref5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size:11.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; color:black;mso-ansi-language:IN;mso-fareast-language:EN-US;mso-bidi-language: AR-SA">[5]</span></span></span></span></a><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="font-size:11.0pt; font-family:"Book Antiqua","serif";color:black"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><b style="mso-bidi-font-weight: normal"><span style="font-size:11.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; color:black">Kontroversi mengenai Sakramen<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center"><span style="font-size:8.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";color:black"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:18.7pt"><span style="font-size:11.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";color:black">Kontroversi mengenai sakramen terutama terfokus pada jumlah sakramen juga lebih spesifik pada persoalan baptisan. Pada masa gereja mula-mula, hanya dikenal dua upacara khusus dalam gereja di samping Paskah<a style="mso-footnote-id:ftn6" href="file:///D:/oyr79/Khayyal/Khayyal/Makalah/Sakramentologi.doc#_ftn6" name="_ftnref6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size:11.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; color:black;mso-ansi-language:IN;mso-fareast-language:EN-US;mso-bidi-language: AR-SA">[6]</span></span></span></span></a>, yaitu baptisan dan perjamuan kudus. Pada tahun 150 M, ada suatu upacara penting lainnya yang disebut “rekonsiliasi” (ditemukan dalam tulisan Hermas, 140-150). Tahun 200 M juga ditambah dengan “Urapan Minyak,” yang oleh Hippolytus (<u>+</u> 215 M) lebih dikhususkan bagi orang sakit.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:18.7pt"><span style="font-size:11.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";color:black">Pada tahun 400 M pernikahan mulai digagas untuk masuk dalam bagian sakramen, namun yang benar-benar menerima “pernikahan” sebagai bagian dari sakramen adalah Petrus Lombardus (1100-1160) pada tahun 1150. Sementara pada tahun 1000 juga muncul upacara “konfirmasi” di kalangan Gereja Barat.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:18.7pt"><span style="font-size:11.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";color:black">Abad ke-11, gereja mengenal enam sakramen: baptisan, konfirmasi (di gereja Barat), <i style="mso-bidi-font-style:normal">eukaristi</i>, <i style="mso-bidi-font-style: normal">penitentia</i> (pengampunan dosa), pengurapan, dan ordinasi (pentahbisan). Baptisan dikaitkan dengan dosa asal, konfirmasi sebagai bentuk kesediaan menjadi laskar Kristus (Hinchmar, bishop Rheims), <i style="mso-bidi-font-style:normal">eukaristi</i> dirunut kembali ke Perjamuan Akhir, dan ordinasi dilakukan bukan saja untuk imam dan diaken, tapi juga sub-diakonat dan fungsi-fungsi di bawahnya. Sementara, pengurapan, sejak reformasi Karolingian dibatasi untuk orang sakit dan orang yang meninggal sebagai tanda pengampunan dosa.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:18.7pt"><span style="font-size:11.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";color:black">Pada masa Gregorius VII, jumlah sakramen menjadi lima, kemudian menjadi dua belas pada periode Petrus Damiani. Pada abad ke-12, Hugo dari Saint-Victor menyebut tiga puluh sakramen, sedangkan Gregorius dari Bergamo dan Petrus Lombardus pada periode yang sama menyebut tujuh sakramen (baptisan, eukaristi, konfirmasi, ordinasi, pernikahan, penitentia, dan pengurapan), yang kemudian diadopsi oleh Thomas Aquinas dan disahkan dalam Konsili Trente (1545-1563). Konsili Trente juga mengukuhkan doktrin trans-substansia dan <i style="mso-bidi-font-style:normal">ex opere operato</i> (sakramen mencapai tujuannya jika pelaksanaannya benar).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:18.7pt"><span style="font-size:11.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";color:black">Reformasi mula-mula (abad ke-16) membatasi sakramen menjadi tiga: baptisan, perjamuan kudus, dan pengampunan dosa, yang kemudian menjadi dua: baptisan dan perjamuan kudus. Reformasi juga menolak <i style="mso-bidi-font-style:normal">ex opere operato</i> serta doktrin trans-substansia<a style="mso-footnote-id:ftn7" href="file:///D:/oyr79/Khayyal/Khayyal/Makalah/Sakramentologi.doc#_ftn7" name="_ftnref7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size:11.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; color:black;mso-ansi-language:IN;mso-fareast-language:EN-US;mso-bidi-language: AR-SA">[7]</span></span></span></span></a>. Menurut gereja reformasi, sakramen harus dipandang sebagai “ritus” yang berakar dalam “perintah Allah” (<i style="mso-bidi-font-style:normal">mandatum</i>) dan disertai “janji.” Dengan kata lain, sakramen adalah ritus yang terjadi atas “perintah dan perjanjian” Allah.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:18.7pt"><span style="font-size:11.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";color:black">Konfesi Augsburg IX menetapkan bahwa baptisan anak itu perlu (menentang pandangan Anabaptis)<a style="mso-footnote-id:ftn8" href="file:///D:/oyr79/Khayyal/Khayyal/Makalah/Sakramentologi.doc#_ftn8" name="_ftnref8" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size:11.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; color:black;mso-ansi-language:IN;mso-fareast-language:EN-US;mso-bidi-language: AR-SA">[8]</span></span></span></span></a>. Konfesi Augsburg X menegaskan bahwa tubuh dan darah Kristus hadir dalam perjamuan kudus, sementara Konfesi Augsburg XIII menegaskan bahwa sakramen bukan hanya tanda kenal lahiriah, tapi juga “pertanda dan kesaksian akan kehendak Allah mengenai kita” (keduanya menentang Zwingli).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:18.7pt"><span style="font-size:11.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";color:black">Rumusan Konkord VII, 5 dst menentang pendapat Calvinis yang mengatakan bahwa Kristus hadir hanya dengan kuasa (<i style="mso-bidi-font-style:normal">virtus</i>) dan Roh (<i style="mso-bidi-font-style:normal">spiritus</i>), sementara Rumusan Konkord VII, 22 dst dengan tegas menentang doktrin trans-substansia. Gereja Lutheran, melalui Katekismus Heidelberg menentang doktrin Katolik yang mengatakan bahwa sakramen lebih tinggi dari firman. Masih banyak kontroversi soal sakramen, khususnya menyangkut jumlah sakramen, baptisan anak, dan cara baptisan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="font-size:11.0pt; font-family:"Book Antiqua","serif";color:black"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><b style="mso-bidi-font-weight: normal"><span style="font-size:11.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; color:black">Baptisan dan Perjamuan Kudus<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><b style="mso-bidi-font-weight: normal"><span style="font-size:8.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; color:black"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:18.7pt"><span style="font-size:11.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";color:black">(Gereja) Kemah Abraham mengikuti pemikiran reformasi hanya menerima dua sakramen, yaitu baptisan dan perjamuan kudus. Baptisan diasosiasikan dengan tradisi PL, yaitu hukum pembasuhan Mosaik (Kel. 30:17-21; Im. 11:25).<a style="mso-footnote-id:ftn9" href="file:///D:/oyr79/Khayyal/Khayyal/Makalah/Sakramentologi.doc#_ftn9" name="_ftnref9" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size:11.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; color:black;mso-ansi-language:IN;mso-fareast-language:EN-US;mso-bidi-language: AR-SA">[9]</span></span></span></span></a> Perjamuan Kudus juga diasosiakan dengan tradisi PL, yaitu perjamuan Paskah (Kel. 12;<br />Mrk. 14:1,2,12-16; Yoh. 13:21-30).<a style="mso-footnote-id:ftn10" href="file:///D:/oyr79/Khayyal/Khayyal/Makalah/Sakramentologi.doc#_ftn10" name="_ftnref10" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size:11.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; color:black;mso-ansi-language:IN;mso-fareast-language:EN-US;mso-bidi-language: AR-SA">[10]</span></span></span></span></a> Dalam literatur gereja mula-mula, banyak naskah yang mendukung penyelenggaraan baptisan dan perjamuan kudus sebagai amanat Kristus, misalnya dalam kitab Didakhe, Surat Ignatius dari Antiokhia, <i style="mso-bidi-font-style:normal">Apology </i>(Yustinus Martir), <i style="mso-bidi-font-style:normal">Epitaph </i>(Abersius), dan <i style="mso-bidi-font-style:normal">Tradisi Rasuli </i>(Hyppolitus), meskipun dokumen-dokumen itu tidak menggunakan istilah “sakramen.”<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:18.7pt"><span style="font-size:11.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";color:black">Baptisan merupakan tanda mengikatkan diri kepada Kristus (Kis. 19:5), identifikasi dengan Kristus dalam kematian dan kebangkitannya menuju hidup baru (Rm. 6:3-5), menjadi anggota tubuh Kristus (1Kor. 12:13), dan berkat diterima melalui iman (Rm. 6:8-11). Maknanya sama dengan tanda pertobatan, pengampunan dosa, dan pembasuhan (Ibr. 10:22). Dengan demikian, baptisan dikaitkan erat dengan penyatuan dengan Kristus (</span><span style="font-size:11.0pt;font-family: Symbol;color:black">epi to onwmati iesou xristou</span><span style="font-size: 11.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";color:black">; Kis. 2:38) yang juga menyatukan kita dengan Kristus dalam karya Roh Kudus (Rm. 6:3-6). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:18.7pt"><span style="font-size:11.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";color:black">Perjamuan kudus dikaitkan dengan pembebasan dari dosa sebagaimana Paskah dalam tradisi Yahudi yang memiliki simbol pembebasan dari tirani Mesir. Seorang yang mengambil bagian dalam Paskah ini harus menganggap diri sebagai seorang yang dibebaskan dari tirani Mesir yang dialaminya dulu (<i style="mso-bidi-font-style: normal">Mishna Pesakhim </i>10.5).<br />Roti merupakan simbol “roti penderitaan” yang dimakan leluhurnya (Ul. 16:3 menurut tafsiran <i style="mso-bidi-font-style:normal">Hagadah</i>) sedangkan meja di lantai atas merupakan simbol umat perjanjian baru (Yer. 31:31, dst).<o:p></o:p></span></p> <span style="font-size:11.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-fareast-font-family: "Times New Roman";mso-bidi-font-family:"Times New Roman";color:black; mso-ansi-language:IN;mso-fareast-language:EN-US;mso-bidi-language:AR-SA">Bagi gereja, roti menjadi simbol tubuh Kristus dan anggur sebagai simbol darah Kristus. Perjamuan kudus juga menjadi simbol perjanjian baru (Luk. 22:20). Perjamuan Kudus tidak saja menjadi momen peringatan atas <i style="mso-bidi-font-style: normal">via dolorosa</i> Kristus, melainkan juga sebagai<span style="mso-spacerun:yes"> </span>simbol pembaharuan perjanjian Allah dengan manusia</span> <div style="mso-element:footnote-list"><br /> <hr align="left" size="1" width="33%"> <div style="mso-element:footnote" id="ftn1"> <p class="MsoFootnoteText" style="text-align:justify"><a style="mso-footnote-id: ftn1" href="file:///D:/oyr79/Khayyal/Khayyal/Makalah/Sakramentologi.doc#_ftnref1" name="_ftn1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family:"Book Antiqua","serif";color:black"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size:10.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-fareast-font-family: "Times New Roman";mso-bidi-font-family:"Times New Roman";color:black; mso-ansi-language:IN;mso-fareast-language:EN-US;mso-bidi-language:AR-SA">[1]</span></span></span></span></span></a><span style="font-family:"Book Antiqua","serif";color:black"> </span><span style="font-family:Symbol;color:black">mustherion</span><span style="font-family: "Book Antiqua","serif";color:black"> bagi masyarakat Yunani merupakan istilah keagamaan yang ditandai dengan menutup mulut. Karena itu, kata ini sering juga diartikan “rahasia” (misalnya oleh Plato)<o:p></o:p></span></p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn2"> <p class="MsoFootnoteText" style="text-align:justify"><a style="mso-footnote-id: ftn2" href="file:///D:/oyr79/Khayyal/Khayyal/Makalah/Sakramentologi.doc#_ftnref2" name="_ftn2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family:"Book Antiqua","serif";color:black"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size:10.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-fareast-font-family: "Times New Roman";mso-bidi-font-family:"Times New Roman";color:black; mso-ansi-language:IN;mso-fareast-language:EN-US;mso-bidi-language:AR-SA">[2]</span></span></span></span></span></a><span style="font-family:"Book Antiqua","serif";color:black"> Namun, kata </span><span style="font-family:Symbol;color:black">musthrion</span><span style="font-family: "Book Antiqua","serif";color:black"> lebih lazim diterjemahkan dengan kata <i style="mso-bidi-font-style:normal">musterium</i> dalam teks Vulgata lainnya<o:p></o:p></span></p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn3"> <p class="MsoFootnoteText" style="text-align:justify"><a style="mso-footnote-id: ftn3" href="file:///D:/oyr79/Khayyal/Khayyal/Makalah/Sakramentologi.doc#_ftnref3" name="_ftn3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family:"Book Antiqua","serif";color:black"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size:10.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-fareast-font-family: "Times New Roman";mso-bidi-font-family:"Times New Roman";color:black; mso-ansi-language:IN;mso-fareast-language:EN-US;mso-bidi-language:AR-SA">[3]</span></span></span></span></span></a><span style="font-family:"Book Antiqua","serif";color:black"> Tertullianus adalah seorang teolog Kristen yang pertama kali menggunakan istilah-istilah gerejawi dalam bahasa Latin, termasuk kata <i style="mso-bidi-font-style:normal">trinitas</i>, <i style="mso-bidi-font-style:normal">substantia</i>, dan <i style="mso-bidi-font-style: normal">personae<o:p></o:p></i></span></p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn4"> <p class="MsoFootnoteText" style="text-align:justify"><a style="mso-footnote-id: ftn4" href="file:///D:/oyr79/Khayyal/Khayyal/Makalah/Sakramentologi.doc#_ftnref4" name="_ftn4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family:"Book Antiqua","serif";color:black"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size:10.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-fareast-font-family: "Times New Roman";mso-bidi-font-family:"Times New Roman";color:black; mso-ansi-language:IN;mso-fareast-language:EN-US;mso-bidi-language:AR-SA">[4]</span></span></span></span></span></a><span style="font-family:"Book Antiqua","serif";color:black"> <i style="mso-bidi-font-style: normal">Sacramentum</i> juga merupakan istilah untuk ikrar atau jaminan yang diberikan kepada “orang yang dipercaya mampu menjaga rahasia” oleh pihak-pihak yang terlibat dalam tuntutan hukum. Ikrar ini dikaitkan dengan maksud suci<o:p></o:p></span></p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn5"> <p class="MsoFootnoteText" style="text-align:justify"><a style="mso-footnote-id: ftn5" href="file:///D:/oyr79/Khayyal/Khayyal/Makalah/Sakramentologi.doc#_ftnref5" name="_ftn5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family:"Book Antiqua","serif";color:black"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size:10.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-fareast-font-family: "Times New Roman";mso-bidi-font-family:"Times New Roman";color:black; mso-ansi-language:IN;mso-fareast-language:EN-US;mso-bidi-language:AR-SA">[5]</span></span></span></span></span></a><span style="font-family:"Book Antiqua","serif";color:black"> Augustinus dianggap sebagai teolog gereja yang pertama kali memiliki konsep yang jelas tentang teologi sakramental. Ia hanya menyebutkan dua bentuk sakramen, yaitu baptisan dan perjamuan kudus (eukaristi)<o:p></o:p></span></p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn6"> <p class="MsoFootnoteText" style="text-align:justify"><a style="mso-footnote-id: ftn6" href="file:///D:/oyr79/Khayyal/Khayyal/Makalah/Sakramentologi.doc#_ftnref6" name="_ftn6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family:"Book Antiqua","serif";color:black"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size:10.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-fareast-font-family: "Times New Roman";mso-bidi-font-family:"Times New Roman";color:black; mso-ansi-language:IN;mso-fareast-language:EN-US;mso-bidi-language:AR-SA">[6]</span></span></span></span></span></a><span style="font-family:"Book Antiqua","serif";color:black"> Paskah masih menjadi perayaan khusus gereja mula-mula melanjutkan tradisi para Rasul yang merayakan Paskah bersama Yesus menjelang <i style="mso-bidi-font-style:normal">via dolorosa<o:p></o:p></i></span></p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn7"> <p class="MsoFootnoteText" style="text-align:justify"><a style="mso-footnote-id: ftn7" href="file:///D:/oyr79/Khayyal/Khayyal/Makalah/Sakramentologi.doc#_ftnref7" name="_ftn7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family:"Book Antiqua","serif";color:black"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size:10.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-fareast-font-family: "Times New Roman";mso-bidi-font-family:"Times New Roman";color:black; mso-ansi-language:IN;mso-fareast-language:EN-US;mso-bidi-language:AR-SA">[7]</span></span></span></span></span></a><span style="font-family:"Book Antiqua","serif";color:black"> Doktrin trans-substansia, yang menyatakan bahwa roti dan anggur betul-betul diubah menjadi tubuh dan darah Kristus dalam eukaristis, dikukuhkan dalam Konsili Lateran IV (1215)<o:p></o:p></span></p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn8"> <p class="MsoFootnoteText" style="text-align:justify"><a style="mso-footnote-id: ftn8" href="file:///D:/oyr79/Khayyal/Khayyal/Makalah/Sakramentologi.doc#_ftnref8" name="_ftn8" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family:"Book Antiqua","serif";color:black"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size:10.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-fareast-font-family: "Times New Roman";mso-bidi-font-family:"Times New Roman";color:black; mso-ansi-language:IN;mso-fareast-language:EN-US;mso-bidi-language:AR-SA">[8]</span></span></span></span></span></a><span style="font-family:"Book Antiqua","serif";color:black"> Baptisan anak juga disebutkan oleh Irenaeus dan dianggap sebagai bukti oleh gereja-gereja reformasi<o:p></o:p></span></p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn9"> <p class="MsoFootnoteText" style="text-align:justify"><a style="mso-footnote-id: ftn9" href="file:///D:/oyr79/Khayyal/Khayyal/Makalah/Sakramentologi.doc#_ftnref9" name="_ftn9" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family:"Book Antiqua","serif";color:black"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size:10.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif";mso-fareast-font-family: "Times New Roman";mso-bidi-font-family:"Times New Roman";color:black; mso-ansi-language:IN;mso-fareast-language:EN-US;mso-bidi-language:AR-SA">[9]</span></span></span></span></span></a><span style="font-family:"Book Antiqua","serif";color:black"> Upacara pembasuhan dalam agama Yahudi sangat banyak, seperti pembasuhan tangan sebelum makan, pembasuhan masuk ke Bait Allah, dan baptisan proselit melalui upacara <i style="mso-bidi-font-style:normal">Mikweh </i>(Yoh. 3:22-26; Luk. 11:38)<o:p></o:p></span></p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn10"> <p class="MsoFootnoteText" style="text-align:justify"><a style="mso-footnote-id: ftn10" href="file:///D:/oyr79/Khayyal/Khayyal/Makalah/Sakramentologi.doc#_ftnref10" name="_ftn10" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family:"Book Antiqua","serif"; color:black"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size:10.0pt;font-family:"Book Antiqua","serif"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; color:black;mso-ansi-language:IN;mso-fareast-language:EN-US;mso-bidi-language: AR-SA">[10]</span></span></span></span></span></a><span style="font-family:"Book Antiqua","serif";color:black"> Dalam literatur Yahudi, penafsiran tentang Paskah terdapat dalam <i style="mso-bidi-font-style:normal">Hagada</i> Paskah juga dalam <i style="mso-bidi-font-style:normal">Mishna Pesakhim</i>. Ditandai dengan bersandar pada meja (simbol pangkuan Abraham), pembagian dana orang miskin (Yoh. 13:29), dan penggunaan sepotong roti yang dicelupkan dalam kuah <i style="mso-bidi-font-style:normal">kharoset</i> (simbol kepahitan perbudakan di Mesir). Perbedaan perhitungan Paskah Farisi (Sinoptik) dan Saduki dianggap sebagai penyebab perbedaan pandangan dalam Injil Sinoptik dan Injil Yohanes tentang perjamuan akhir dan kematian Yesus. Hal ini dibuktikan dengan Naskah Laut Mati. []<o:p></o:p></span></p> </div></div>Ohavhttp://www.blogger.com/profile/02993583230393013301noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1000648285419600738.post-56406606818325511812009-06-04T18:11:00.000+07:002009-06-04T18:13:32.704+07:00Pendidikan Yahudi<p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="mso-ansi-language: IN">Dalam sebuah perjalanan ke Betlehem, Yerome, seorang ahli sejarah dari abad keempat sangat kagum melihat anak-anak Yahudi di daerah itu. Kekagumannya terutama adalah karena pengetahuan anak-anak Yahudi yang luar biasa terhadap Kitab Suci. Mereka menghafal betul sejarah dari Adam sampai Zerubabel.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="mso-ansi-language: IN">Kekaguman yang sama muncul pada era 40-an. Sebuah bangsa yang terserak itu tiba-tiba lahir sebagai sebuah negara merdeka dengan sistem pertanian paling canggih di Timur Tengah dan menguasai perekonomian dunia. Bahkan, negara sekaliber Amerika Serikat, sanggup mereka taklukkan dalam berbagai aspek kehidupan.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="mso-ansi-language: IN">Apa yang melatarbelakanginya? Salah satunya adalah sistem pendidikannya yang luar biasa. Sejak zaman Musa, tradisi mendidik anak sudah menjadi tradisi keagamaan Yahudi (Ul. 6:4-9), dan tradisi itu, bukan sekedar dipelihara, tetapi juga dikembangkan. Mereka tidak segan-segan meniru sistem pendidikan pagan dan memadukannya dengan sistem pendidikan di Bait Allah yang berorientasi kepada TUHAN.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="mso-ansi-language: IN">Sebuah traktat yang berasal dari koleksi tulisan rabinik (<i style="mso-bidi-font-style:normal">Mishna</i>) Yahudi berasal dari abad pertama bertuliskan, “Pada umur lima tahun (seorang anak disiapkan untuk mempelajari) Kitab <i style="mso-bidi-font-style:normal">Tora</i>; sepuluh tahun untuk <i style="mso-bidi-font-style:normal">Tora </i>Lisan (<i style="mso-bidi-font-style: normal">Oral Tora</i>); tiga belas tahun untuk <i style="mso-bidi-font-style: normal">Bar Mitswa</i>; lima belas tahun untuk <i style="mso-bidi-font-style: normal">halakhot </i>(keputusan rabinik yang bersifat legal); delapan belas tahun untuk pernikahan; dua puluh tahun untuk mencari kerja; tiga puluh tahun untuk memasuki masa dewasa penuh.”</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="mso-ansi-language: IN">Pendidikan merupakan hal yang sangat dihargai di kalangan Yahudi bahkan sebelum berkembangnya filsafat-filsafat modern di Yunani. Karena itu, wajar jika Yosefus, seorang sejarahwan Yahudi dari abad pertama, dalam bukunya berjudul <i style="mso-bidi-font-style:normal">Melawan Apion</i> mengatakan, “Di atas semuanya itu, kita patut bangga atas diri kita karena pendidikan kita terhadap anak-anak kita, dan penghargaan kita atas tugas esensial dalam kehidupan kita, menanamkan hukum dan perbuatan-perbuatan mulia berdasarkan semuanya itu, dan itu telah mengakar dalam masyarakat kita.”</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="mso-ansi-language: IN">Sistematika pendidikan di kalangan Yahudi sejak zaman dulu memang luar biasa, di dalam Talmud dijumpai perkataan berikut, “Jumlah maksimal murid-murid dasar yang harus diajar oleh seorang guru adalah dua puluh orang; jika ada lima puluh murid, haruslah disediakan seorang guru tambahan; jika ada empat puluh murid, seorang murid senior haruslah menjadi asisten sang guru” (<i style="mso-bidi-font-style:normal">Bava Batra</i>).</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="mso-ansi-language: IN">Pada abad pertama Masehi, setiap sinagoge memiliki <i style="mso-bidi-font-style: normal">Beth Sefer </i>(sekolah dasar) dan <i style="mso-bidi-font-style:normal">Beth Midrash </i>(sekolah lanjutan)-nya sendiri-sendiri. Murid-murid diajarkan untuk menguasai <i style="mso-bidi-font-style:normal">Tora</i> dan tradisi-tradisi lisan. Biasanya, pendidikan formal baru berakhir pada usia dua puluh atau tiga puluh tahun. Namun, beberapa pelajar yang dianggap mendapat karunia tertentu akan tetap melanjutkan pendidikannya di <i style="mso-bidi-font-style:normal">Beth Midrash</i>. Biasanya merekalah yang kelak menjadi seorang <i style="mso-bidi-font-style: normal">Rabbi</i>.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="mso-ansi-language: IN">Orang mungkin berpikir bahwa sinagoge adalah tempat beribadah, dimana ibadah (dalam arti ritual) lebih penting dari segalanya. Kenyataannya tidak demikian, dalam tradisi Yahudi, pendidikan dan ibadah tidak dipisahkan. Keduanya dianggap sama sederajat, bahkan dalam sebuah Talmud Babilonia disebutkan bahwa belajar <i style="mso-bidi-font-style:normal">Tora</i> merupakan bentuk ibadah yang paling tinggi.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="mso-ansi-language: IN">Karena itu, merupakan hal yang wajar jika di dalam masyarakat Yahudi pada zaman Yesus, seorang guru dihormati sederajat dengan seorang imam. Itulah yang juga menjadikan Ahli <i style="mso-bidi-font-style:normal">Tora</i>, kalangan <i style="mso-bidi-font-style:normal">Ferushim</i>, dan kalangan <i style="mso-bidi-font-style:normal">Tsadukim</i> menjadi sangat populer pada zaman Yesus. Yesus sendiri, menjadi sosok yang sangat dikagumi salah satunya karena ia adalah seorang <i style="mso-bidi-font-style:normal">Rabbi</i>.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="mso-ansi-language: IN">Hal positif yang dapat kita ambil dari tradisi pendidikan Yahudi adalah: <i style="mso-bidi-font-style:normal">Pertama</i>, anggapan bahwa pendidikan itu setara dengan ibadah; <i style="mso-bidi-font-style:normal">Kedua</i>, moral yang baik dianggap sebagai buah dari pendidikan yang matang (band 1Ptr. 1:5-7); <i style="mso-bidi-font-style:normal">Ketiga</i>, pendidikan keluarga sebagai awal pendidikan; <i style="mso-bidi-font-style:normal">Keempat</i>, pembekalan anak secara sistematis; <i style="mso-bidi-font-style:normal">Kelima</i>, keyakinan bahwa bukan kemampuan manusia yang dapat menggali kedalaman ilmu, tetapi ALLAH yang menyatakannya dalam banyak cara, dan tugas manusia adalah mencari tahu penyataan itu; <i style="mso-bidi-font-style:normal">Keenam</i>; sistem pendidikan itu sendiri yang berlangsung secara dinamis serta terbuka terhadap dunia luar.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="mso-ansi-language: IN">Poin-poin ini mesti diperhatikan ketika kita membangun sebuah sistem pendidikan anak muda dalam gereja. Hal ini penting mengingat anak muda Kristenlah yang kelak akan menentukan masa depan gereja itu sendiri. []<o:p></o:p></span></p>Ohavhttp://www.blogger.com/profile/02993583230393013301noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-1000648285419600738.post-74713838817478325822009-06-04T18:08:00.002+07:002009-06-04T18:10:09.654+07:00Yesus dalam al-Qur'an<p class="MsoNormal" style="text-align:justify">Berbicara tentang Kristologi berarti berbicara tentang Kristus. Kata Kristus berasal dari bahasa Yunani, <i>khristos </i>(<i>χριστος</i>), yang artinya sama dengan Mesias, dari bahasa Ibrani, <i>mashiakh </i>(<span lang="HE" dir="RTL" style="mso-bidi-language:HE">משח</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>). Dalam bahasa Arab yang digunakan oleh gereja-gereja Arab, Kristus atau Mesias diterjemahkan <i>masîhun</i> (<span lang="AR-SA" dir="RTL" style="Traditional Arabic"font-family:";">مسيح</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>) atau <i>al-masîhu</i> (<span lang="AR-SA" dir="RTL" style="Traditional Arabic"font-family:";">المسيح</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>).</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Gereja mengawali masa perkembangannya dengan perdebatan seputar Kristologi. Bahkan sampai sekarang, perdebatan seputar konsep Kristologi tetap saja berkembang, baik di arus atas (teolog) maupun di arus bawah (<i>grass root</i>). Jadinya, tidak akan ada kata usai untuk berbicara tentang Kristologi. Lagipula, kita memang tidak bermaksud untuk menutup segala polemik, sebab apapun yang dirumuskan sekarang, hanya akan memperpanjang polemik itu sendiri.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Dari alur pemikiran ini, hendaklah kita menyadari dulu bahwa Kristologi itu bukanlah persoalan sederhana untuk dibicarakan. Apalagi ketika harus berbicara tentang Kristologi dalam Qur’ãn. Ini tentu saja akan semakin rumit, sebab Islam sendiri tidak pernah berupaya mengembangkan Kristologi dalam konsepnya sendiri. Alhasil, konsep ini menjadi konsep pemikiran kita sendiri sebagai bentuk penilaian objektif atas al-Qur’ãn. Jadi, ini bukanlah upaya berapologia atas konsep Kristologi gereja dengan jalan mengutak-atik kitab suci Muslim.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><b><i>Al-Masîhu</i> dalam Qur’ãn<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Satu-satunya figur dalam Qur’ãn yang disebut <i>al-masîhu </i>(<span lang="AR-SA" dir="RTL" style="Traditional Arabic"font-family:";">المسيه</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>) dalam Qur’ãn adalah ‘Îsâ ibn Maryam. Karena itu, banyak <i>mufassir </i>Islam menganggap <i>al-masîhu </i>sebagai <i>personal name</i> bagi ‘Îsâ. Di sisi lain, cukup banyak kalangan Islam yang menolak bahwa ‘Îsâ yang disebut dalam Qur’ãn adalah Yesus dalam Alkitab. Demi menjaga gengsi, gereja-gereja pun berapologia dengan mengatakan bahwa ‘Isa itu memang bukan nama Yesus. ‘Isa adalah penghinaan orang-orang Arab atas Yesus. Namun, dasar pemikiran ini sangatlah lemah.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Nama Yesus secara historis adalah <i>Yeshu’a </i>(<span lang="HE" dir="RTL" style="mso-bidi-language: HE">ישעה</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>). Orang-orang berbahasa Aramik menyebutnya <i>Yashu’a</i>, kecuali orang-orang Galilea yang menyebutnya <i>Yashu’</i> (termasuk Petrus) dan beberapa kalangan Aramik lainnya menyebutnya <i>Isho’</i>. Secara historis, kekristenan di Arab dipengaruhi oleh para penginjil berbahasa Aramik. Itulah sebabnya, orang-orang Arab menyebut Yesus dengan beberapa nama, <i>Yasû’a </i>(<span lang="AR-SA" dir="RTL" style="Traditional Arabic"font-family:";">يسوع</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>; dipengaruhi oleh orang Aramik yang menyebut <i>Yashu’a</i>), <i>Yasû </i>(<span lang="AR-SA" dir="RTL" style="Traditional Arabic"font-family:";">يسو</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>; dipengaruhi oleh orang Aramik yang menyebut <i>Yasu’</i>), dan <i>‘Îsâ </i>(<span lang="AR-SA" dir="RTL" style="Traditional Arabic"font-family:";">عيسى</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>; dipengaruhi oleh orang Aramik yang menyebut <i>‘Isho</i>).</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Kata <i>masîhun </i>dalam bahasa Arab memiliki dua arti: (1) orang yang diurapi dengan minyak atau orang yang diminyaki, dan (2) orang yang bepergian.<a style="mso-footnote-id: ftn1" href="file:///D:/oyr79/Khayyal/Khayyal/Makalah/Kristologi%20dalam%20Qur'an.doc#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family:"Times New Roman","serif"; mso-fareast-Times New Roman";mso-ansi-language:IN;mso-fareast-language: EN-US;mso-bidi-language:AR-SAfont-family:";font-size:12.0pt;">[1]</span></span></span></span></a> Banyak pemikir Islam beranggapan bahwa diberikannya gelar <i>al-masîhu </i>kepada ‘Îsâ lebih disebabkan karena karakter ‘Îsâ yang senang melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain. Dalam suatu cerita yang berkembang di Arab, ‘Îsâ dikatakan pernah melakukan perjalanan kepada kesepuluh suku Israel yang hilang dan menetap di negeri Timur, di Afghanistan dan Kasymir.<a style="mso-footnote-id:ftn2" href="file:///D:/oyr79/Khayyal/Khayyal/Makalah/Kristologi%20dalam%20Qur'an.doc#_ftn2" name="_ftnref2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family:"Times New Roman","serif"; mso-fareast-Times New Roman";mso-ansi-language:IN;mso-fareast-language: EN-US;mso-bidi-language:AR-SAfont-family:";font-size:12.0pt;">[2]</span></span></span></span></a></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Konsep pemikiran ini menurut saya sangatlah lemah. <i>Pertama</i>, ‘Îsâ bukanlah satu-satunya Nabi dalam Qur’ãn yang memiliki karakter senang melakukan perjalanan. Muhammad sendiri, semasa mudanya selalu melakukan perjalanan dalam kepentingan niaga hingga ke negeri Syam (Syria). <i>Kedua, </i>istilah <i>masîhun</i> bukanlah istilah baru di Arab pada zaman Islam. Istilah ini telah muncul jauh sebelum datangnya Islam dan dikenakan pada oknum yang sama, yaitu Yesus (terlepas apakah nama yang digunakan adalah <i>Yasu’a</i>, <i>Yasû</i>, ataukah <i>‘Îsâ</i>).</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Meski demikian, penggunaan kata <i>al-masîhu </i>dalam Qur’ãn tidaklah secara spesifik menunjukkan bahwa ‘Îsâ itu Juruselamat sebagaimana dipahami dalam kitab-kitab PB. Jika kita mencermati penggunaan kata <i>al-masîhu </i>bagi ‘Îsâ dalam Qur’ãn secara jelas menunjukkan bahwa kata tersebut hanya dibatasi sebatas <i>personal name</i> bagi ‘Îsâ. Buktinya Qur’ãn tidak pernah secara khusus memberikan penekanan pada penggunaan nama ini. Dalam beberapa ayat, nama ini digunakan sebagai pengganti nama ‘Îsâ saja, dan tidak lebih dari itu (Q.s an-Nisâ’/4:172; Q.s al-Mâidah/5:17,72,75; Q.s at-Taubah/9:30,31).</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Ini merupakan hal yang wajar dalam kasus Qur’ãn, sebab pengenalan Muhammad akan Kristus adalah pengenalan secara lisan, dan meskipun Qur’ãn dianggap sebagai wahyu ilahi secara verbal, namun telah dibukukan melalui proses interpretasi. Konteksnya dalam masyarakat Arab abad ke-6 dan ke-7, Kristus nyaris menjadi nama diri bagi Yesus. Gereja-gereja sampai sekarang menyebut Yesus Kristus, seolah Kristus adalah nama kedua dari Yesus.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><b>Keistimewaan ‘Îsâ dalam Qur’ãn<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Meskipun gelar <i>al-masîhu </i>bagi ‘Îsâ dalam Qur’ãn tidak begitu istimewa. Namun, ‘Îsâ sendiri memiliki posisi yang istimewa dalam Qur’ãn. Beberapa gelar diberikan kepadanya, di antaranya <i>abd Allahu </i>(<span lang="AR-SA" dir="RTL" style="Traditional Arabic"font-family:";">عبد الله</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>; Q.s. an-Nisâ/4:172, Maryam/19:30), <i>nabîun </i>(<span lang="AR-SA" dir="RTL" style="Traditional Arabic"font-family:";">نبي</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>; Qs. Maryam/19:30), dan <i>rasûl Allahu </i>(<span lang="AR-SA" dir="RTL" style="Traditional Arabic"font-family:";">رسول الله</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>; Q.s. Ali ‘Imrân/3:49, an-Nisâ/4:157,171, al-Mâidah/5:75, ash-Shaff/61:6).</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">‘Îsâ juga disebut sebagai <i>al-muqarrabûn </i>(<span lang="AR-SA" dir="RTL" style="Traditional Arabic"font-family:";">المقربون</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>; Q.s. Ali ‘Imrân/3:45) artinya “yang didekatkan.” Dalam Q.s al-Wâqi’ah/56:8-10 disebutkan tiga golongan manusia pada hari kiamat nanti, yaitu: (1) golongan kiri, (2) golongan kanan, dan (3) golongan yang paling dahulu beriman (menurut terjemahan Depag RI). Golongan kiri adalah golongan yang akan mengalami siksaan di neraka, sedangkan golongan kanan adalah mereka yang berhak atas surga. Sementara, golongan ketiga adalah golongan yang pertama kali masuk surga sebelum golongan kanan. Golongan ketiga inilah yang disebut <i>al-muqarrabûn</i>. Mungkin ‘Îsâ masuk dalam golongan ketiga di hari kiamat dalam pemahaman Qur’ãn. Namun, ini masih perlu dipertanyakan lagi.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Keistimewaan lain yang diberikan kepada ‘Îsâ, yaitu dia disebut <i>jîhan </i>(<span lang="AR-SA" dir="RTL" style="Traditional Arabic"font-family:";">جيها</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>; Q.s Ali ‘Imrân/3:45) atau “terkemuka” di dunia dan di akhirat. Mungkin memiliki kaitan dengan sebutan <i>al-muqarrabûn</i>, ketika berbicara tentang akhirat. Selain <i>jîhan</i>, ia juga disebut <i>ash-shalihîn </i>(<span lang="AR-SA" dir="RTL" style="Traditional Arabic"font-family:";">الصلحين</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>; Q.s Ali ‘Imrân/3:46) “saleh” dan <i>mubârakan </i>(<span lang="AR-SA" dir="RTL" style="Traditional Arabic"font-family:";">مباركا</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>; Q.s Maryam/19:31) “diberkati” dimana saja ia berada.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Masih menjadi pertanyaan apakah alasannya sehingga ‘Îsâ mendapatkan posisi istimewa dalam Qur’ãn, apakah karena Muhammad banyak mendapatkan perlindungan dari para rahib Kristen ataukah karena keluarganya yang sebagian beragama Kristen. Cukup rumit untuk menyimpulkan, sebab kita tidak punya literatur Islam lain dari zaman Muhammad selain Qur’ãn, Sunnah, dan Hadis. Ini disebabkan karena adanya pemusnahan atas literatur-literatur lain yang dianggap tidak cocok dengan ketiga literatur utama. Sebuah bentuk otoriter yang memprihatinkan bagi sebuah agama yang ingin mempertahankan eksistensinya.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><b><i>Kalimat Allah </i>dan <i>Rûh Allah</i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Dalam Q.s an-Nisâ/4:171, ‘Îsâ disebut sebagai <i>kalimat </i>(<span lang="AR-SA" dir="RTL" style="Traditional Arabic"font-family:";">كلمة</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>) dan <i>rûh </i>(<span lang="AR-SA" dir="RTL" style="Traditional Arabic"font-family:";">روح</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>) dari Allah. Sepintas ketika membaca ayat ini, kita mungkin segera mengklaim bahwa Qur’ãn membenarkan bahwa ‘Îsâ (Yesus) adalah <i>logos (λογός) </i>dan <i>pneuma (πνευμα) </i>Allah, sama seperti klaim PB.<a style="mso-footnote-id:ftn3" href="file:///D:/oyr79/Khayyal/Khayyal/Makalah/Kristologi%20dalam%20Qur'an.doc#_ftn3" name="_ftnref3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family:"Times New Roman","serif"; mso-fareast-Times New Roman";mso-ansi-language:IN;mso-fareast-language: EN-US;mso-bidi-language:AR-SAfont-family:";font-size:12.0pt;">[3]</span></span></span></span></a> Sebaiknya kita berhati-hati untuk klaim semacam ini.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Umumnya <i>mufassir</i> Islam membedakan antara <i>kalimat Allah </i>(<span lang="AR-SA" dir="RTL" style="Traditional Arabic"font-family:";">كلمة الله</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>) dengan <i>kalâm Allah </i>(<span lang="AR-SA" dir="RTL" style="Traditional Arabic"font-family:";">كلام الله</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>). Bagi mereka, yang dimaksud <i>logos </i>yang sehakekat, melekat, dan sederajat dengan <i>dzat Allah </i>(<span lang="AR-SA" dir="RTL" style="Traditional Arabic"font-family:";">زة الله</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>) adalah <i>kalâm Allah</i>, sedangkan <i>kalimat </i>adalah pancaran dari <i>kalâm Allah</i>. Itulah sebabnya, ‘Îsâ dipahami diciptakan dengan <i>kalimat</i>, sama seperti gunung-gunung, lautan, bukit, dan manusia lainnya. Dalam Q.s Ali ‘Imrân/3:59 ditegaskan bahwa penciptaan ‘Îsâ di sisi Allah sama seperti penciptaan Adam.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Sementara <i>rûh </i>yang dikenakan kepada ‘Îsâ dikaitkan dengan <i>rûh al-qudus</i> (<span lang="AR-SA" dir="RTL" style="Traditional Arabic"font-family:";">روح القدس</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>; Q.s al-Baqarah/2:87,253; al-Mâidah/5:110). <i>Rûh al-qudus </i>dipahami sebagai Malaikat Jibril, sebab <i>rûh al-qudus </i>dibedakan dengan <i>rûh al-qudûs </i>(<span lang="AR-SA" dir="RTL" style="Traditional Arabic"font-family:";">روح القدوس</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>). <i>Rûh al-qudus </i>adalah pancaran dari <i>rûh al-qudûs</i>, sedangkan <i>rûh al-qudûs </i>adalah <i>rûh </i>yang melekat, sehakekat dengan <i>dzat Allah</i>.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Meskipun ini hanya menjadi interpretasi filosofis Arab terhadap terminologi <i>kalâm </i>dan <i>rûh al-qudûs</i>, tetap saja menjadi urgen dalam kaitan penafsiran Kristologi dalam Qur’ãn, sebab bagaimanapun, bangunan pemikiran teologi Islam cukup kuat ditopang oleh interpretasi semacam ini.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Oleh karena ini hanya menjadi pengantar, maka apa yang saya paparkan dalam makalah ini seobjektif mungkin saya paparkan dari sudut pandang Qur’ãn yang murni tanpa banyak melakukan interpretasi. Namun, kalau saya diminta harus menyimpulkan apa kata Qur’ãn tentang Kristus, maka saya hanya bisa mengatakan bahwa Qur’ãn bermaksud memaparkan kembali konsep Kristologi gereja-gereja Arab, tapi mengalami kegagalan oleh karena gereja-gereja Arab pada zaman Muhammad memiliki begitu banyak pemahaman atas konsep Kristologi</p> <div style="mso-element:footnote-list"><br /><hr align="left" size="1" width="33%"> <div style="mso-element:footnote" id="ftn1"> <p class="MsoFootnoteText" style="text-align:justify"><a style="mso-footnote-id: ftn1" href="file:///D:/oyr79/Khayyal/Khayyal/Makalah/Kristologi%20dalam%20Qur'an.doc#_ftnref1" name="_ftn1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family:"Times New Roman","serif"; mso-fareast-Times New Roman";mso-ansi-language:IN;mso-fareast-language: EN-US;mso-bidi-language:AR-SAfont-family:";font-size:10.0pt;">[1]</span></span></span></span></a> Maulana M. Ali. <i>The Holy Qur’an: Arabic Text, English Translation and Commentary</i>, diterjemahkan oleh H.M. Bachrun (Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah)</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn2"> <p class="MsoFootnoteText" style="text-align:justify"><a style="mso-footnote-id: ftn2" href="file:///D:/oyr79/Khayyal/Khayyal/Makalah/Kristologi%20dalam%20Qur'an.doc#_ftnref2" name="_ftn2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family:"Times New Roman","serif"; mso-fareast-Times New Roman";mso-ansi-language:IN;mso-fareast-language: EN-US;mso-bidi-language:AR-SAfont-family:";font-size:10.0pt;">[2]</span></span></span></span></a> <i>Ibid</i>.</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn3"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn3" href="file:///D:/oyr79/Khayyal/Khayyal/Makalah/Kristologi%20dalam%20Qur'an.doc#_ftnref3" name="_ftn3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family:"Times New Roman","serif";mso-fareast-Times New Roman";mso-ansi-language:IN;mso-fareast-language:EN-US;mso-bidi-language: AR-SAfont-family:";font-size:10.0pt;">[3]</span></span></span></span></a> Meskipun harus diperhatikan bahwa tidak semua penulis PB mengklaim Yesus sebagai <i>pneuma tou Theou</i> <i>(πνευμα του θεου) </i>atau menyamakan Yesus dengan Roh Kudus. Umumnya penulis PB hanya menyebut Yesus sebagai <i>logos tou Theou (λογός του θεου)</i>.</p> </div></div>Ohavhttp://www.blogger.com/profile/02993583230393013301noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-1000648285419600738.post-9562960327661220142009-06-04T18:04:00.000+07:002009-06-04T18:07:11.656+07:00Surga dan Neraka dalam Mitos dan Agama<p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="font-size:11.0pt; mso-ansi-language:IN"><b>Konsep Surga</b><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:18.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l0 level1 lfo1;tab-stops:list 18.0pt"><span style="font-size:11.0pt;mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore">1.<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><span style="font-size:11.0pt;mso-ansi-language:IN">Masyarakat kuno di Sumeria, Babilonia, Mesir, Ibrani, Yunani, dan orang-orang Hindu percaya bahwa langit secara keseluruhan terdiri dari air, yang merupakan air yang berada di atas samudera kosmik;<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:18.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l0 level1 lfo1;tab-stops:list 18.0pt"><span style="font-size:11.0pt;mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore">2.<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><span style="font-size:11.0pt;mso-ansi-language:IN">Dalam PL, kata yang digunakan untuk surga adalah <i style="mso-bidi-font-style:normal">shamayim</i> yang juga berarti “langit.” Yang digambarkan seperti metal yang saling berhubungan dan tak putus-putusnya yang diasah dengan nafas Allah yang dianggap angin. Seperti mangkuk terbalik (2Sam. 22:8; Ayb. 26:11). Bintang-bintang ditaruh di langit (Kej. 1:14). Pada akhir zaman, struktur ini akan runtuh (Mat. 5:18; 24:29; Mrk. 13:25; Apokaliptik 6:13; 8:10: 9:1).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:18.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l0 level1 lfo1;tab-stops:list 18.0pt"><span style="font-size:11.0pt;mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore">3.<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><span style="font-size:11.0pt;mso-ansi-language:IN">Di dalam masyarakat Kanaan dan Ibrani (juga masyarakat aborigin Selandia Baru), langit dilengkapi dengan celah atau jendela (dalam bahasa Alkitab disebut “tingkap langit”; Kej. 7:11; 2Raj. 7:19; Mal. 3:10). Dari sinilah hujan itu tercurah;<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:18.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l0 level1 lfo1;tab-stops:list 18.0pt"><span style="font-size:11.0pt;mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore">4.<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><span style="font-size:11.0pt;mso-ansi-language:IN">Langit digambarkan seperti kain yang terbentang (Mzm. 104:2) atau bagi masyarakat kuno Mesir dalam <i style="mso-bidi-font-style:normal">Kitab Kematian</i> atau dalam kitab <i style="mso-bidi-font-style:normal">Rig Veda </i>India, digambarkan seperti kulit;<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:18.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l0 level1 lfo1;tab-stops:list 18.0pt"><span style="font-size:11.0pt;mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore">5.<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><span style="font-size:11.0pt;mso-ansi-language:IN">Langit dikatakan sebagai tempat penyimpanan hujan, angin, petir, salju, hujan batu, dan sebagainya (Yer. 10:13; Ayb. 38:22);<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:18.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l0 level1 lfo1;tab-stops:list 18.0pt"><span style="font-size:11.0pt;mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore">6.<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><span style="font-size:11.0pt;mso-ansi-language:IN">Orang dapat mencapai langit dengan menggunakan tangga, sama seperti digambarkan dalam mimpi Yakub (Kej. 28:10-17). Mitos ini juga terdapat dalam masyarakat Mesir, sehingga mereka menyiapkan tangga untuk orang-orang yang telah meninggal;<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:18.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l0 level1 lfo1;tab-stops:list 18.0pt"><span style="font-size:11.0pt;mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore">7.<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><span style="font-size:11.0pt;mso-ansi-language:IN">Ada juga pandangan bahwa surga itu bertingkat;<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:0cm;text-align:justify;text-indent:0cm; mso-list:l0 level2 lfo1;tab-stops:list 18.0pt"><span style="font-size:11.0pt;mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore"><span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><span style="font-size:11.0pt;mso-ansi-language: IN">Assyria menyebut tiga tingkatan yang terbuat dari batu. Di tingkat kedua, berdiam kepala dewa (Anu) dan roh yang disebut <i style="mso-bidi-font-style: normal">Igigi</i>. Pandangan ini muncul juga dalam teks-teks Kristen (2Kor. 12:2);<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:0cm;text-align:justify;text-indent:0cm; mso-list:l0 level2 lfo1;tab-stops:list 18.0pt"><span style="font-size:11.0pt;mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore"><span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><span style="font-size:11.0pt;mso-ansi-language: IN">Angka yang dominan adalah tujuh, seperti dalam masyarakat Yahudi, Hindu, Siberia, dan Turki. Islam juga menyebut surga ada tujuh tingkatan. Pada tingkatan ketiga, adalah tempat beristirahat segala arwah.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:18.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l0 level1 lfo1;tab-stops:list 18.0pt"><span style="font-size:11.0pt;mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore">8.<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><span style="font-size:11.0pt;mso-ansi-language:IN">Dalam kebanyakan agama, surga adalah tempat berdiamnya dewa utama atau TUHAN. Namun, pandangan ini tidak berlaku universal. Dalam mitos Yunani misalnya, dewa utama (Zeus) bertahta di bukit Olympus<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="font-size:11.0pt; mso-ansi-language:IN"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="font-size:11.0pt; mso-ansi-language:IN"><b>Konsep Neraka</b><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:18.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l1 level1 lfo2;tab-stops:list 18.0pt"><span style="font-size:11.0pt;mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore">1.<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><span style="font-size:11.0pt;mso-ansi-language:IN">Mitologi Babilonia mengenal adanya “<i style="mso-bidi-font-style:normal">Arallû</i>” (Tanah Terakhir; <i style="mso-bidi-font-style:normal">Land of No-Return</i>) yang dalam teks Ibrani disebut <i style="mso-bidi-font-style:normal">She’ol</i> atau <i style="mso-bidi-font-style:normal">Hades </i>(<i style="mso-bidi-font-style: normal">Unseen Land</i>) dalam teks Yunani;<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:18.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l1 level1 lfo2;tab-stops:list 18.0pt"><span style="font-size:11.0pt;mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore">2.<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><span style="font-size:11.0pt;mso-ansi-language:IN">Konsep penghakiman muncul dari mitologi Mesir bahwa tiap jiwa akan dihakimi oleh 42 hakim di <i style="mso-bidi-font-style:normal">Du’at</i> (Dunia Lain). Plato menyebut tiga hakim: <i style="mso-bidi-font-style:normal">Minos, Aeakus, </i>dan <i style="mso-bidi-font-style:normal">Rhadamanthus</i> yang menghakimi orang mati di Hades;<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:18.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l1 level1 lfo2;tab-stops:list 18.0pt"><span style="font-size:11.0pt;mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore">3.<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><span style="font-size:11.0pt;mso-ansi-language:IN">Yahudi tidak menyebut secara khusus soal “neraka” (Ul. 32:22; Yes. 33:14;<br />Mal. 4:3). Namun, penggambaran dunia orang mati dengan adanya api nampaknya terpengaruh oleh mitologi Mesir dan Yunani.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:18.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l1 level1 lfo2;tab-stops:list 18.0pt"><span style="font-size:11.0pt;mso-ansi-language:IN"><span style="mso-list:Ignore">4.<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span></span></span><span style="font-size:11.0pt;mso-ansi-language:IN">Dalam teks-teks pseudopigraf yang muncul dari periode Hellenis (Enokh, 2Esdras, dan Naskah Aturan Laut Mati) terdapat pengaruh mitos Iran tentang <i style="mso-bidi-font-style:normal">aya khshusta</i>. Dalam mitos ini, neraka (<i style="mso-bidi-font-style:normal">gehenna</i>) adalah Bukit Hinom, tempat dibinasakannya anak-anak dengan api oleh Molokh (2Raj. 23:10; Yer. 7:31; 32:35). []<o:p></o:p></span></p>Ohavhttp://www.blogger.com/profile/02993583230393013301noreply@blogger.com2